Misteri Babat Masjid Soko Tunggal Banyumas






Melihat Masjid Saka Tunggal Legok Pekuncen, Banyumas
Ide RM Tumenggung Cokronegoro III
 Masjid Saka Tunggal di Legok Pekuncen, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas merupakan masjid tua. Tempat ibadah umat Islam ini masih mempertahankan arsitek bangunan saat kali pertama dibangun. Berikut laporannya.
BUKAN hanya Masjid Saka Tunggal yang berada di Desa Cikakak,Kecamatan Wangon. Di Kabupaten Banyumas ada juga Masjid Saka Tunggal di Dusun Legok,Desa Pekuncen,Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Kedua masjid ini memiliki keistimewaan dengan saka tunggalnya. Artinya, masjid ini hanya memiliki satu saka penyangga. Masjid Saka Tunggal tersebut masih mempertahankan arsitek bangunan sejak kali pertama dibangun dan kondisinya masih terawat. Sehingga, dapat dijadikan sebagai aset wisata religi bagi Pemerintah Kabupaten Banyumas.
 Lokasi Masjid Saka Tunggal atau Masjid Darussalam terletak di Dusun Legok, Desa Pekuncen, Kecamatan Pekuncen, Kabupaten Banyumas. Berjarak sekitar 40 km dari kota Purwokerto, dengan melalui jalan yang mudah dan jalur yang tidak begitu ramai. Sedangkan keberadaan Masjid Saka Tunggal Darussalam berada di tepi jalan raya dan sangat strategis karena tidak jauh dari masjid ini terdapat Stasiun Kereta Api Legok.
Dikatakan oleh Muchdjaeri seorang aktivis Islam yang sekarang masih sebagai ta’mir masjid tersebut bahwa pemberian nama tersebut diberikan pada Tahun 1968. Berjalannya waktu Masjid Darussalam telah mengalami beberapa kali perehaban.Saat rehab kali pertama pada bagian usuk emperan, dengan menghabiskan enam batang glugu (batang pohon kelapa). "Sudah sekitar delapan kali rehab, terutama pada bagian pondasi, pagar keliling,dan tempat wudu, kata Muchdjeri.
 Menurut Muchdjeri, Masjid Saka Tunggal Darussalam didirikan pada tahun 1915 M atas prakarsa Bupati Purwokerto yang saat itu dijabat oleh Raden Mas Tumenggung Cokronegoro III, yang memerintah Kabupaten Purwokerto pada tahun 1905 -1920. Tercatat pula pada prasasti yang menempel pada dinding masjid tepatnya di atas pintu tengah masjid yang bertuliskan dengan menggunakan huruf Arab dan berbahasa Jawa yang berbunyi 6 Syuro 1846; 17-11-1915; 1334 Hijroh, Legok Kranggan Ajibarang. Yasa dalem Kanjeng Bendoro Rahaden Mas Tumenggung Aryo Cokronegoro Ingkang Jumeneng Hadipati ing Nagari Purwokerto Banyumas, Pengulu Hakim Muhammad Hadirejo, serta Landrat Purwokerto. “Jika dihitung, maka umur masjid Saka Tunggal Darussalam hingga tahun 2016 telah berusia 101 tahun dan masjid ini berdiri pada 17 November 1915 yang jatuh pada Hari Sabtu Manis,” jelasnya.
Menurut catatan sejarah bahwa pada tahun 1831 hingga tahun 1936 wilayah Banyumas terdiri atasdua Kabupaten yaitu Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purwokerto. Selanjutnya pada tahun 1905 hingga 1920 Bupati Purwokerto dijabat oleh RMT Cokronegoro III. Pada masa pemerintahan RMT Cokronegoro III berhasil dibangun jalur kereta api antara Kroya hingga Cirebon yang relnya melalui wilayah Kota Purwokerto, yang selanjutnya dibangun pula beberapa stasiun berdiri sepanjang jalur Cilacap-Cirebon, salah satunya adalah stasiun Legok. Ketika itu belum berdiri wilayah Pekuncen, yang ada wilayah Ajibarang yang memiliki perwakilan di daerah Kranggan. Pada waktu itu sarana transportasi pemerintahan yang dinggap lancar hanya menggunakan jasa kereta api dan pada saat itu stasiun Legok dikenal sebagai Legok Kranggan. Berjalannya waktu sekarang Kranggan merupakan Desa yang berdiri sendiri dan Legok merupakan Dusun yang termasuk dalam wilayah Desa Pekuncen,Kabupaten Banyumas.
Di masa pembangunan Stasiun Legok, Bupati Purwokerto RMT Cokronegoro III mempunyai inisiatif untuk membangun sebuah masjid di kompleks stasiun Legok yang terbuat dari beton dan hanya memiliki satu tiang penyangga utama (Saka Tunggal). Konon, dengan adanya penamaan Masjid Saka Tunggal yang diberi nama Darussalam tersebut telah menuai beberapa kritikan dan pernyataan ketidakcocokan dari beberapa orang. Namun hingga kini dapat teratasi. Sehingga masjid ini masih terawat dan digunakan oleh umat Islam sebagai tempat ibadah.
Masjid Saka Tunggal Darussalam dibangun di atas tanah seluas 20 m x 13 m dengan tinggi bangunan 3,25 m dan memiliki bentuk segi 8 (delapan), terdiri atas 5 sisi di bagian serambi depan dan 3 sisi bangunan utama masjid. Tiang penyangga utama masjid ini menggunakan sebuah tiang beton (adukan terbuat dari semen, kapur, pasir, semen merah, dan batu kali), tiang penyangga yang hanya satu dan berbentuk segi delapan ini disebut saka tunggal, yang mempunyai makna adanya Tuhan Yang Maha Esa.
 Hingga kini masjid Saka Tunggal Darussalam masih berdiri kokoh dan digunakan oleh warga sekitar masjid sebagai salah satu tempat sarana beribadah. ADJI WALOEJO
Sedangkan bentuk masjid segi 8 memiliki makna adanya arah mata angin yang secara filosofis mengandung makna bahwa Masjid Saka Tunggal Darussalam sebagai tempat syiar Islam dapat tumbuh dan berkembang ke segala arah.Sedangkan pada serambi memiliki sudut yang berjumlah 5 hal ini menandakan adanya rukun Islam yang berjumlah 5. Sedangkan pada sisi tembok yang memiliki 3 dinding melambangkan 3 kerukunan umat beragama. Yaitu hubungan antara manusia dengan Allah swt, hubungan manusia dengan manusia, dan hubungan manusia dengan lingkungan alam. Pintu serambi depan terdiri atas 3 pintu yang menandakan 3 amalan yang tetap dialirkan pahalanya oleh Allah swt yaitu amal jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak sholeh.


Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Misteri Babat Masjid Soko Tunggal Banyumas"

Posting Komentar