Kitab Nadham 'Aqidatul 'Awam (عقيدة العوام) merupakan kitab yang berisi syair-syair (nadham) tentang tauhid, kitab ini dikarang oleh Syaikh as-Sayyid al-Marzuqiy. Nama lengkap beliau adalah Ahmad bin Muhammad bin Sayyid Ramadhan al-Marzuqiy al-Hasaniy wal Husainiy al-Malikiy, al-Mishriy al-Makkiy, dilahirkan sekitar tahun 1205 H di Mesir. Sepanjang waktu beliau bertugas mengajar di Masjid Mekkah. Karena kepandaian dan kecerdasannya, beliau kemudian diangkat menjadi Mufti Madzhab Maliki di Mekkah menggantikan Sayyid Muhammad yang wafat sekitar tahun 1261 H. Syaikh Ahmad al-Marzuqiy juga terkenal sebagai seorang pujangga dan dijuluki dengan Abu Alfauzi.
هو شيخ قراء مكة السيد الشريف الشيخ أبو الفوز أحمد بن محمد بن السيد رمضان المرزوقي الحسني والحسيني المالكي ، المصري ثم المكي ، والمرزوقي نسبة إلى العارف بالله مرزوق الكفافي . وآل المرزوقي مشهورون بالعلم والتقوى والورع
Salah satu guru beliau adalah Asy-Syaikh al-Kabir as-Sayyid Ibrahim al-‘Ubaidiy, beliau adalah ulama yang berkonsentasi pada Qira’ah al-Asyrah (Qira’ah 10).
Dan di antara murid-murid beliau adalah Syaikh Ahmad Damhan (1260 – 1345 H), Syaikh as-Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232 – 1304 H), Syaikh Thahir at-Takruniy dan lain sebagainya.
Salah satu kitab yang beliau karang adalah kitab 'Aqidatul 'Awam. Beliau mengarang kitab ini, bermula ketika beliau mimpi berjumpa Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam dan para Sahabatnya pada akhir malam Jum'at pertama di bulan Rajab.
Kitab 'Aqidatul 'Awam telah beliau rincikan dalam sebuah kitab syarah yang diberi nama Tahshil Nail al-Maram Libayani Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (تحصيل نيل المرام لبيان منظومة عقيدة العوام), dan turut memberikan syarah atas kitab ‘Aqidatul 'Awam yaitu Syaikh al-Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Bantaniy al-Jawiy asy-Syafi’i dengan nama kitab Nurudl Dlalam ‘alaa Mandhumah ‘Aqidah al-‘Awam (نور الظلام على منظومة عقيدة العوام) dan juga kitab syarah yang dikarang oleh Syaikh Ahmad al-Qaththa’aniy al-‘Aysawiy dengan nama Tashil al-Maram li Daarisil 'Aqidatil 'Awam (تسهيل المرام لدارس عقيدة العوام).
Dalam kitab Nurudl Dlalam, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy al-Jawiy menuturkan bahwa alasan Syaikh al-Marzuqiy menulis kitab tersebut adalah karena beliau mimpi berjumpa dengan Rasulullah dan para sahabatnya. Dalam mimpi itu Rasulullah bersabda,
اقرأ منظومة التوحيد التي من حفظها دخل الجنة ونال المقصود من كل خير وافق الكتاب والسنة
“Bacalah nadham tauhid yang barangsiapa yang memeliharanya akan masuk surga dan tercapai tujuan (maksud) dari segala kebaikan yang selaras dengan Qur’an dan Sunnah.”
Syaikh al-Marzuqiy berkata,
وما تلك المنظومة يا رسول الله
“Nadham-nadham apakah itu wahai Rasulullah?”
Para sahabat Nabi berkata,
اسمع من رسول الله ما يقول
“Dengarkanlah apa-apa yang akan Rasulullah katakan.”
Rasulullah bersabda,
قل أبدَأُ باسْمِ اللهِ والرَّحْمنِ
“Katakanlah, aku memulai dengan menyebut nama Allah yang Maha Penyayang”
Maka, Syaikh al-Marzuqiy pun berkata,
أبدَأُ بِاسْمِ اللهِ والرَّحْمَنِ ... إلى آخرها
“Aku memulai dengan menyebut Asma Allah yang Maha Penyayang …. (ilaa akhirihi, sampai nadham yang Rasulullah ajarkan selesai)”
Yaitu sampai pada bait,
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
Nabi pun berdo’a dan para Sahabat mengaminkannya. Begitulah asal mula Syaikh al-Marzuqiy mengarang kitab ‘Aqidatul ‘Awam. Mula-mula nadham-nya berjumlah 26 bait, kemudian Syaikh al-Marzuqiy menambahkan lagi sebanyak 31 bait hingga berjumlah 57 bait, karena kecintaan Syaikh al-Marzuqiy kepada Rasulullah. 31 nadham yang ditambahkan tersebut dimulai dengan bait berikut,
وَكُلُّ مَا أَتَى بِهِ الرَّسُولُ : فحَقُّهُ التسْليمُ وَالْقَبُولُ
Hingga selesai yaitu sampai pada bait,
أبْيَاتُهَا ( مَـيْـزٌ ) بِـعَدِّ الْجُمَّل : تَارِيْخُها ( لِيْ حَيُّ غُرٍّ ) جُمَّلِ
سَـمَّـيْـتُـهَا عَـقِـيْدَةَ الْـعَوَام : مِـنْ وَاجِبٍ فِي الدِّيْنِ بِالتَمَامِ
Huruf-huruf pada lafadz (مَـيْـز) dalam hitungan Jummal berjumlah 57 yaitu (م)=40, (ي)=10, (ز)=10. Angka 57 tersebut adalah jumlah dari nadham (bait) dari kitab ‘Aqidatul ‘Awam, oleh karena itu baitnya berbunyi,
“Jumlah bait-baitnya adalah (ميز) atau 57 berdasarkan hitungan Jummal”
“Sejarahnya (selesainya) adalah (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) atau 1258 juga berdasarkan hitungan Jummal”
Angka 1258 adalah tahun selesainya nadham ‘Aqidatul ‘Awam yaitu 1258 Hijriyah. Rincian dari kalimat (لِيْ حَيُّ غُرٍّ) adalah (ل)=30, (ي)=10, (ح)=8, (ي)=10, (غ)=1000, (ر)=200.
Kitab yang sangat berharga dalam membangun akidah ini, diawali dengan pujian kepada Allah dan shalawat dan salam kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, keluarga, para Sahabat serta orang-orang yang mengikut jalan agama yang benar (Dinul Haq).
أبـْـدَأُ بِـاسْمِ اللهِ والـرَّحْـمَن : وَبِـالـرَّحِـيـمِ دَائـِمِ الإحْـسَان
فالـحَـمْـدُ للهِ الـقَدِيْمِ الأوَّلِ : الآخِـرِ الـبَـاقـِيْ بِلا تـَحَـوُّلِ
ثـُمَّ الـصَّلاةُ وَالسَّلامُ سَرْمَدَا : عـَلَـى الـنَّـبِيِّ خَيْرِ مَنْ قَدْ وَحَّدا
وآلِهِ وَصَـحْبِهِ وَمَـنْ تَـبِـعْ : سَـبِـيلَ دِيْنِ الْحَقِّ غَيْرَ مُـبْـتَدِعْ
Berikutnya tentang sifat wajib bagi Dzat Allah dan juga sifat jaiz yang wajib diketahui oleh setiap kaum muslimin yang mukallaf.
وَبَـعْـدُ فَاعْلَمْ بِوُجُوبِ الْمَعْرِفَـهْ : مِنْ وَاجِـبٍ للهِ عِـشْرِينَ صِفَهْ
فـَاللهُ مَـوْجُـودٌ قـَدِيمٌ بَاقِـي : مُخَـالـِفٌ لِلْـخَـلْقِ بِالإطْلاقِ
وَقَـائِمٌ غَـنِـيْ وَوَاحِـدٌ وَحَيّ : قَـادِرٌ مُـريـدٌ عـَالِمٌ بكلِّ شَيْ
سـَمِـيعٌ البَـصِـيْـرُ والْمُتَكَلِـمُ : لَهُ صِـفَـاتٌ سَـبْـعَـةٌ تَـنْـتَظِمُ
فَقُـدْرَةٌ إرادَةٌ سـَمْـعٌ بـَصَرْ : حَـيَـاةٌ الْـعِلْـمُ كَـلامٌ اسْـتَمَرْ
وَجَائـِزٌ بـِفَـضْـلِهِ و عَدْلِهِ : تـَرْكٌ لـِكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
Sifat yang wajib terdiri dari 20 sifat yaitu al-Wujud (ada). Dalam kitab Nurudl Dlolam dituturkan dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah firman Allah,
إِنَّنِي أَنَا اللَّهُ لَا إِلَهَ إِلَّا أَنَا فَاعْبُدْنِي وَأَقِمِ الصَّلَاةَ لِذِكْرِي
“Sesungguhnya Aku ini adalah Allah, tidak ada Tuhan (yang hak) selain Aku, maka sembahlah Aku dan dirikanlah shalat untuk mengingat Aku” (QS. Thaaha : 14)
Dan dalam kitab Al-‘Aqidah ad-Diniyyah karangan Syaikh Abdurrahman bin Saqaf bin Husain as-Saqaf al-‘Alwiy al-Husainiy asy-Syafi’i al-Asy’ariy dituturkan bahwa makna Wujud di dalam haq Allah adalah menyakini secara pasti (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa sesungguhnya Allah itu ada secara haq (muhaqqaqan) tidak ada keraguan tentang hal itu, dan dalil yang menunjukkannya adalah firman Allah,
اللّهُ الَّذِي خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَأَنزَلَ مِنَ السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقاً لَّكُمْ وَسَخَّرَ لَكُمُ الْفُلْكَ لِتَجْرِيَ فِي الْبَحْرِ بِأَمْرِهِ وَسَخَّرَ لَكُمُ الأَنْهَارَ, وَسَخَّر لَكُمُ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ دَآئِبَينَ وَسَخَّرَ لَكُمُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ , وَآتَاكُم مِّن كُلِّ مَا سَأَلْتُمُوهُ وَإِن تَعُدُّواْ نِعْمَتَ اللّهِ لاَ تُحْصُوهَا
“Allah-lah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air hujan dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air hujan itu berbagai buah-buahan menjadi rezki untukmu; dan Dia telah menundukkan bahtera bagimu supaya bahtera itu, berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu sungai-sungai, Dan Dia telah menundukkan (pula) bagimu matahari dan bulan yang terus menerus beredar (dalam orbitnya); dan telah menundukkan bagimu malam dan siang, Dan Dia telah memberikan kepadamu (keperluanmu) dan segala apa yang kamu mohonkan kepadanya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu, sangat dzalim dan sangat mengingkari (nikmat Allah).” (QS. Ibrahim : 32-34)
Sifat yang bertentangan sifat Maujud atau sifat yang mustahil bagi Haq Allah adalah al-‘Adam (ketiadaan). Berikutnya, al-Qadim (terdahulu), tidak ada awal bagi keberadaan Allah, tidak menciptakan diri-Nya sendiri dan tidak pula diciptakan oleh selain-Nya, berdasarkan firman Allah,
لَمْ يَلِدْ وَلَمْ يُولَدْ
“Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan” (QS. Al-Ikhlas : 3)
Maksud dari sifat ini, dalam karya Syaikh as-Saqaf diterangkan adalah wajib bagi umat Islam ber-i’tiqad secara pasti (al-I’tiqadu al-Jazimu) bahwa keberadaan Allah adalah terdahulu dan tidak ada awalnya bagi keberadaan Allah, dalil tentang hal ini adalah,
هُوَ الْأَوَّلُ وَالْآخِرُ وَالظَّاهِرُ وَالْبَاطِنُ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ
“Dialah Yang Awal dan Yang Akhir Yang Zhahir dan Yang Bathin; dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu” (QS. Al-Hadiid : 3)
Maka dari itu mustahil bagi Allah memiliki sifat al-Huduts (baru).
Di atas adalah sekilas tentang penjelasan dua sifat wajib Allah dalam nadham ‘Aqidatul 'Awam dari kitab syarah-nya yaitu kitab Nurudl Dlalam karya Imam an-Nawawiy ats-Tsani al-Jawiy dan juga disertai penjelasan dari kitab Ad-Aqidah ad-Diniyah karya Syaikh as-Saqaf yang banyak diajarkan di sekolah-sekolah Islam Ahlussunnah wal Jama’ah dan juga di pesantren Ahlussunnah wal Jama’ah.
Sifat berikutnya dari 20 sifat yang wajib bagi Allah adalah al-Baqa’ (kekal), al-Mukhalafah lil-Hawaaditsi (berbeda dengan makhluk), al-Qiyamu bin Nafs (berdiri sendiri), al-Wahdaniyah (Maha Esa), al-Qudrah (Maha Berkuasa), al-Iraadah (Maha Berkehendak), al-‘Ilm (Maha Mengetahui), al-Hayyu (Maha Hidup), as-Sam’u wa al-Bashar (Maha Mendengar lagi Maha Melihat), al-Kalam (Maha Berfirman). Berikutnya, Qadiran (Dzat yang Berkuasa), Muridan (Dzat yang Berkehendak), ‘Aliman (Dzat yang Mengetahui), Hayyan (Dzat yang Hidup), Sami’an (Dzat yang Mendengar), Bashiran (Dzan yang Melihat), Mutakalliman (Dzat yang Berfirman).
Kebalikan dari sifat wajib bagi Allah adalah sifat yang mustahil yaitu sifat yang bertentangan dengan haq Allah, antara lain ; al-‘Adam (tiada), al-Huduts (baru), al-Fana’ (rusak), al-Mumatsalah lil-Hawaditsi (menyerupai dengan makhluk), al-Ihtiyaaju ilaa syai’in minal hawaditsi (butuh kepada makhluk), at-Ta’addu (berbilang), al-‘Ajzu (lemah), al-Karahah (terpaksa), al-Jahlu (bodoh), al-Maut (mati), ash-Shamamu (tuli), al-‘Amaa (buta), al-Bakamu (bisu), selanjutya Kaunuhu ‘Aajizan (Dzat yang lemah), Kaunuhu Mukrahan (Dzat yang terpaksa), Kaunuhu Jaahilan (Dzat yang bodoh), Kaunuhu Mayyitan (Dzat yang mati), Kaunuhu Ashamma (Dzat yang tuli), Kaunuhu A’maa (Dzat yang buta), Kaunuhu Abkama (Dzat yang bisu). Mahasuci Allah dari semua itu, Maha Tinggi Allah lagi Maha Besar.
Dari 20 sifat wajib bagi Allah, terbagi menjadi 4 macam yaitu sifat an-Nafsiyah, sifat as-Salbiyah, sifat al-Ma’aniy dan sifat al-Ma’nawiyah. Pembagiannya sebagai berikut ;
الصفات الواجبة لله تعالى عشرون صفة وهي أربعة أقسام :
1. الصفة النفسية : الوجود
2. الصفات السلبية (لأنها سلبت عن الله النقائص) :القِدَم –البَقاء – مخالفته للحوادث – قيامه بالنفس – الوحدانية
3. الصفات المعاني :القدرة – الإرادة – العلم – الحياة – الكلام – السمع –البصر
4. الصفات المعنوية : كونه حيّاً – كونه عليماً – كونه قادراً – كونه مريداً – كونه سميعاً – كونه بصيراً – كونه متكلماً
Tentang sifat al-Ma’aniy dan sifat al-Ma’anawiyah, Imam an-Nawawiy ats-Tsaniy mengumpamakannya bahwa al-Ma’anniy seperti al-Ashl (asal), sedangkan al-Ma’awiyah adalah cabang. Sebab sifat al-Ma’nawiyah merupakan sifat-sifat tidak ada seperti yang demikian kecuali dinisbatkan kepada ma’ani-nya.
Sifat Jaiz bagi Allah adalah ,
وَجَائـِزٌ بـِفَـضْـلِهِ و عَدْلِهِ : تـَرْكٌ لـِكُـلِّ مُمْـكِـنٍ كَفِعْلِهِ
“dan boleh (jaiz) dengan karunia dan keadilan-Nya, Allah meninggalkan sesuatu ataupun mengerjakannya”
Dalam hal ini, setiap muslim wajib berkeyakinan bahwa Allah subhanahu wa ta’alaa boleh (jaiz) untuk menciptakan sesuatu ataupun tidak menciptakannya, jaiz bagi Allah menciptakan kebaikan ataupun keburukan, jaiz bagi Allah semisal menjadikan Zaid itu muslim dan Umar itu kafir, menjadikan salah satu dari keduanya itu cerdas ataupun menjadikan bodoh, tidak wajib bagi Allah atas semua itu berdasarkan hukum akal dalam ilmu tauhid. Dalil yang menunjukkan atas hal ini adalah,
وَرَبُّكَ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ وَيَخْتَارُ
“Dan Tuhanmu menciptakan apa yang Dia kehendaki dan memilihnya.(QS. Al-Qashash : 68)
Bait-bait berikutnya membahas tentang sifat wajib, mustahil dan jaiz bagi Nabi dan Rasul Allah.
أَرْسَـلَ أنبيا ذَوِي فـَطَـانَـهْ : بِالصِّـدْقِ وَالـتَـبْلِـيغِ والأمَانَهْ
وَجَـائِزٌ فِي حَقِّهِمْ مِنْ عَرَضِ : بِغَـيْـرِ نَقْصٍ كَخَفِيْفِ الْمَرَضِ
عِصْـمَـتُهُمْ كَسَائِرِ الْمَلائِكَهْ : وَاجِـبَـةٌ وَفَـاضَلُوا الـمَـلائِكَهْ
وَالْـمُسْـتَحِيلُ ضِدُّ كُلِّ وَاجِبِ : فـَاحْـفَظْ لِخَمْسِينَ بِحُكْمٍ وَاجِبِ
Wajib bagi setiap muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa Allah mengutus para Nabi dan Rasul dengan 4 sifat yang wajib pada haq mereka yaitu al-Fathanah (cerdas), as-Shiddiq (Jujur), at-Tabligh (Menyampaikan risalah) dan al-Amanah (Terpercaya). Di dalam kitab Nurudl Dlalam dituturkan bahwa sifat-sifat wajib yang merupakan haq Rasul juga termasuk haq para Nabi kecuali sifat at-Tabligh karena ini khusus untuk para Rasul, sebab Nabi bukanlah Rasul dan tidak menyampaikan risalah.
Sifat jaiz pada haq para Rasul dan Nabi adalah sifat-sifat kemanusiaan (sifat-sifat yang memang dimiliki oleh seorang manusia) yaitu wajib bagi setiap muslim berkeyakinan bahwa jaiz bagi haq para Rasul dan para Nabi memiliki sifat-sifat basyariyah (kemanusiaan) yang tidak sampai menyebabkan berkurangnya martabat atau derajat mereka, seperti sakit yang ringan, dan juga seumpama makan, minum, berdagang, melakukan perjalanan, berperang, menikah, tidur dan lain sebagainya.
Dituturkan dalam kitab syarah-nya, bahwa Nabi dan Rasul tidak ada yang perempuan ataupun waria. Pendapat yang mengatakan bahwa ada 6 Nabi perempuan yaitu Maryam, Asiyah, Hawa, Ummu Musa, Hajar dan Sarah adalah pendapat yang marjuh. Adapun Luqman juga bukanlah Nabi melainkan seorang hamba yang bertakwa dan murid dari para Nabi.
Nabi dan Rasul adalah ma’sum sebagaimana Malaikat. Wajib bagi seorang muslim berkayakinan bahwa seluruh Nabi dan Rasul itu wajib ma’shum sebagaimana ke-ma’shum-an itu wajib bagi seluruh malaikat ‘alaihimus shalatu was sallam. Allah menjaga mereka dari dosa serta hal-hal yang mustahil bagi haq mereka. Lafadz “wa fadlaluw al-Malaaikah”,
وَفَـاضَلُوا الـمَـلائِكَهْ
Maksudnya adalah para Nabi dan para Rasul lebih utama dari para Malaikat. Adapun yang lebih utama di antara para Rasul Allah adalah Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, kemudian Nabi Ibrahim, Nabi Musa, Nabi ‘Isaa dan selanjutnya Nabi Nuh, mereka itulah yang disebut Ulul ‘Azmi. Wajib mengetahui urutan kelima Nabi tersebut.
Maka, dari itu semua mustahil bagi para Nabi dan Rasul memiliki sifat kebalikan dari sifat wajib yaitu al-Balaadah (bodoh), al-Kadzib (pembohong), al-Kitman (menyembunyikan) dan al-Khiyanah (berkhianat). Setiap muslim wajib berkeyakinan bahwa sifat-sifat seperti itu mustahil dimiliki oleh para Nabi dan Rasul Allah.
Bait-bait berikutnya adalah tentang rincian para Nabi dan Rasul Allah,
تـَفْصِيلُ خَمْسَةٍ وَعِشْرِينَ لَزِمْ : كُـلَّ مُـكَـلَـفٍ فَحَقِّقْ وَاغْـتَنِمْ
هُمْ آدَمُ اِدْرِيْسُ نُوْحٌ هُوْدُ مَعْ : صَالِـحْ وَإِبْرَاهِـيْـمُ كُـلٌّ مُـتَّبَعْ
لُوْطٌ وَاِسْـمَاعِيلُ اِسْحَاقٌ كذا : يَعْـقُوبُ يُوسُفٌ وَأَيـُّوْبُ احْتَذى
شُعَيبُ هارونُ وموسى وَالْـيَسَعْ : ذو الْكِـفْلِ دَاوُدُ سُلَيْمانُ اتَّـبَعْ
إلْـيَـاسُ يُونُسْ زَكَرِيـَّا يَحْيَى : عِـيْسـى وَطَـه خاتِمٌ دَعْ غَـيَّا
عَلَـيْـهِـمُ الصَّـلاةُ والسَّـلامُ : وآلِهِـمْ مـَـا دَامَـتْ الأيـَّـامُ
Wajib bagi seorang muslim mengetahui rincian 25 Rasul Allah. Kata (لَزِمْ) pada bait di atas adalah bermakna wajib, sebagaimana dituturkan dalam syarah-nya dan disebutkan pula bahwa pendapat yang dituturkan dalam nadham di atas berbeda dengan apa yang dituturkan oleh As-Suhaimy yang juga mewajibkan bagi seorang muslim mengetahui secara rinci anak-anak dari para Rasul, perempuan-perempuannya (istri-istrinya), khadim-khadim dari para Rasul yang disebutkan di dalam Al-Qur’an yang membenarkan dan beriman kepada mereka, dan tidak boleh berkeyakinan bahwa mengetahui semua itu hanya wajib untuk Sayyidina Muhammad semata, karena beriman kepada semua Nabi itu sama saja.
25 Nabi tersebut adalah Adam, Idris, Nuh, Hud, Shalih, Ibrahim, Luth, Isma’il, Ishaq, Ya’qub, Yusuf, Ayyub, Su’aib, Harun, Musa, Yasa’, Dzul Kifli, Daud, Sulaiman, Ilyas, Yunus, Zakariyya, Yahya, ‘Isa dan Nabi Thaha (Muhammad).
Dalam syarah-nya dituturkan, lafadz Thaha (طَـه) sebagaimana disebutkan dalam nadham adalah nama lain dari Nabi Muhammad. Dikatakan, maknanya adalah purnama (badar) karena (طَ)=9 dan (ه)=5 maka jumlahnya adalah 14, dan bulan purnama muncul pada malam tanggal 14. Dikatakan, maknanya adalah obat (penawar) bagi setiap macam penyakit. Dikatakan, maknanya adalah “Thubaa limanih-Tadii” (Kebahagiaan bagi orang yang mendapat petunjuk).
Ketahuilah, seluruh Nabi-nabi yang disebutkan tersebut adalah berbangsa ‘Ajamiyah kecuali hanya 4 yang berbangsa Arab yaitu Nabi Muhammad, Nabi Hud, Nabi Shalih dan Nabi Syu’aib.
Selanjutnya bait-bait tentang Malaikat,
وَالْـمَـلَكُ الَّـذِي بِلا أبٍ وَأُمْ : لا أَكْـلَ لا شـُرْبَ وَلا نَوْمَ لَهُمْ
تَفْـصِـيلُ عَشْرٍ مِنْهُمُ جِبْرِيلُ : مِـيْـكَـالُ اسْـرَافِيلُ عِزْرَائِيلُ
مُـنْـكَرْ نَـكِـيْرٌ وَرَقِيبٌ وكذا : عَـتِـيدُ مَالِكٌ ورِضْوانُ احْتـَذى
Malaikat tidak berbapak, tidak beribu, tidak makan, tidak minum dan juga tidak tidur. Rinciannya terdiri dari 10 malaikat yaitu Jibril, Mikail, Israafil, ‘Izraail, Munkar, Nakir, Raqib, ‘Atid, Malik dan Ridwan.
Dalam syarah-nya dituturkan, wajib bagi setiap muslim yang mukallaf berkeyakinan bahwa malaikat adalah makhluk ciptaan Allah yang tidak berbapak dan beribu, bukan laki-laki, bukan perempuan dan bukan pula waria. Barangsiapa berkeyakinan bahwa malaikat adalah laki-laki maka orang itu fasik, barangsiapa berkeyakinan bahwa malaikat itu perempuan atau waria maka orang itu kafir berdasarkan Ijma’.
Bait-bait berikutnya,
أَرْبَـعَـةٌ مِنْ كُتُبٍ تَـفْصِيلُها : تَـوْارَةُ مُـوسى بالْهُدى تَـنْـزِيلُها
زَبُـورُ دَاوُدَ وَاِنْـجِـيـلٌ على : عِيـسى وَفُـرْقَانٌ على خِيْرِ الْمَلا
وَصُحُـفُ الـخَـلِيلِ وَالكَلِيمْ : فِيهَـا كَلامُ الْـحَـكَمِ الْعَلِيمْ
Bait-bait di atas adalah tentang shuhuf dan kitab yang diturunkan oleh Allah. Ada 4 kitab yang Allah turunkan yaitu Taurat Musa, Zabur (Mazmur) Nabi Daud, Injil Nabi 'Isa dan Furqan (Al-Qur’an) Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Dan juga shuhuf (mushaf) Nabi Ibrahim dan mushaf Nabi Musa sebelum diturunkannya kitab Taurat. Bagi muslim yang mukallaf, semua itu wajib diyakini. Termasuk juga wajib menyakini shuhuf yang Allah turunkan, namun tidak wajib menyakini rincian jumlahnya karena tidak ada keterangan tentang ketentuan jumlahnya baik di dalam Al-Qur’an, namun berbeda dengan 4 kitab yang diturunkan, karena keterangan jumlah 4 kitab tersebut nasnya jelas di dalam Al-Qur’an. Oleh karena itu wajib mengetahui rinciannya.
Demikian bait-bait yang terdapat dalam kitab 'Aqidatul ‘Awam yang merupakan bait-bait yang langsung diajarkan oleh Nabi Muhammad kepada Syaikh al-Marzuqiy. Adapun bait-bait berikutnya merupakan bait-bait tambahan oleh Syaikh al-Marzuqiy karena kecintaan beliau kepada Baginda Nabiyullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Yang berisi tentang pribadi Nabi Muhammad, kelahiran (di Mekkah), wafatnya Beliau (di Madinah), ayah dan ibu Nabi Muhammad, serta Ibu yang menyusui Nabi Muhammad. Selain itu, juga tentang putra-putra Nabi, istri-istri Nabi, paman dan bibi Nabi, peritiwa Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dan diwajibkannya shalat maktubah.
(Sumber Ashhabur Royi. Dari redaksi Muslimoderat)
0 Response to "Sejarah dan Asal Muasal Kitab 'Aqidatul 'Awam karya Syaikh Ahmad Al-Marzuqiy"
Posting Komentar