Terhadap Ulama Ahlus Sunnah
[Ibnu ’Abdil Wahhab, Al-Albani dan Ibnu Baz]
Penulis: Abu Salma bin Burhan al-Atsari ‘Afallohu ‘anhu wa Walidayhi
Maktabah Abi Salma al-Atsari Salafiyyah
Pembelaan Terhadap Syaikhul Islam Muhammad bin
Abdil Wahhab rahimahullahu wa askanahu al- Jannaat al-Fasih
SYAIKHUL ISLAM MUHAMMAD BIN ABDUL WAHHAB DI MATA
PENYESAT UMMAT
"Dan katakanlah: Yang benar telah datang dan
yang bathil telah lenyap. Sesungguhnya yang batil itu adalah sesuatu yang pasti
lenyap." (Al Isra : 81)
“Sebenarnya Kami melontarkan yang haq kepada yang
batil lalu yang haq itu menghancurkannya, maka dengan serta merta yang batil
itu lenyap.” (QS. Al-Anbiya’ : 18).
Tidaklah setiap orang yang datang di dunia ini
dengan membawa kebaikan, melainkan dia pasti memiliki musuh-musuh dari kalangan
jin dan manusia, sampai-sampai para anbiya’ (para Nabi) juga tidak lepas dari
permusuhan ini1. Begitu jugaaan Salafiyyah permusuhan mereka terhadap para
ulama pengibar panji dakwah al-Haq ini mereka lakukan dengan sengit dan dengan
kedengkian yang luar biasa.
Hal ini seperti apa yang dialami oleh Syaikhul
Islam Ahmad bin Abdil Halim Ibnu Taimiyah al-Harrani rahimahullahu, yang mana
dakwah beliau difitnah, disudutkan dan dituduh dengan kedustaan-kedustaan.
Bahkan beliau sampai-sampai divonis kafir murtad oleh ahlul bida’ wal ahwa’,
(pengikut kebid’ahan dan hawa Nafsu) dicerca dan dilabeli dengan
tuduhan-tuduhan keji semisal mujassim2, musyabbih3, hasyawiyah4 dan nashibah5.
Diantaranya pula apa yang mereka lakukan terhadap
asy-Syaikhul Imam Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu, yang mana para
musuh-musuh dakwah memerangi dakwahnya dan menfitnahnya dengan tuduhan-tuduhan
dusta dan fitnah, agar manusia menjauh dari dakwah mubarokah (yang diberkahi)
ini dan agar manusia senantiasa melanggengkan kesyirikan dan kebid’ahan yang
dipelihara oleh ulama-ulama suu’ (jahat) yang mereka warisi dari kalangan
shufiyun qubur iyun (pengikut thariqat sufi dan penyembah/pengkultus kuburan)
dan syi’ah rafidhah (aliran syi’ah yang mengkafirkan para sahabat Nabi) serta
kaum ilmaniyyun (sekuler) dan mustasyriqin (orientalis) yang hasad terhadap
Islam.
Diantara para pendengki yang membenci dakwah
mubarokah ini adalah Hizbut Tahrir6, yang mencela dakwah Syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab dan menuduh beliau sebagai agen Inggris –nas’alullaha as-Salamah
wal ‘Aafiyah (kita memohon keselamatan kepada Allah) -dan dengan tuduhantuduhan
dusta lainnya yang mereka kumpulkan dari musuhmusuh dakwah dari kalangan
shufiyun dan syi’ah.
Penyebab kami menyusun risalah ini adalah banyaknya
tuduhan-tuduhan batil dan dusta yang disebarkan oleh simpatisan juhala’
(orang-orang yang bodoh) Hizbut Tahrir di website-website, mailing list-mailing
list dan media-media informasi lainnya yang mengaburkan dan menfitnah dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Telah sampai kepada kami dari beberapa
tulisan ‘gelap’ yang ditulis oleh simpatisan HT, terutama yang disebarkan oleh
Abu Rifa’ al-Puari (baca : Abu Riya’ al-Buali dan seorang syabab (pemuda) HT
yang bersembunyi di balik nama al-Mujaddid7 (baca : al-Muharrif8 atau
al-Mudzabdzab9) yang menulis artikel berjudul “Telaah Kritis Sejarah Wahabi –
Salafi”10.
Risalah ini insya Alloh akan menjawab
tuduhan-tuduhan mereka secara gamblang dan ilmiah. Kami akan menunjukkan
kebodohan mereka terhadap aqidah salaf iyah (aqidah Nabi dan Para sahabatnya)
dan jauhnya mereka dari manhaj shahih, kami akan mengungkap pengkhianatan
mereka terhadap hakikat dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan para
pengikutnya.
Setelah kami telaah dan baca tulisan mereka,
terutama tulisan al-Mudzabdzab dan Abu Riya’ al-Buali, kami dapatkan bahwasanya
mereka di dalam menulis bantahannya terhadap Syaikh Ibnu Abdil Wahhab tidak
keluar dari referensi kaum shufiyun quburiyun, seperti kitab Durorus Saniyyah
ir Raddi ‘ala Wahhabiyah11 karya seorang shufi quburi Ahmad Zaini Dahlan
landasan untuk menghantam dan menusuk Ahlus Sunnah. Para pembaca akan semakin
tahu kebobrokan manhaj mereka sebentar lagi –Insya Allah-.
Al-Allamah Rasyid Ridha rahimahullahu berkata
tentang Ahmad Zaini Dahlan :
“Diantara para pencela yang paling masyhur adalah
seorang Mufti Makkah al-Mukarromah,
Syaikh Ahmad Zaini Dahlan yang wafat pada tahun
1304, dia menulis sebuah risalah (yang mencela Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab, pent.) yang mana keseluruhan permasalahan (yang ditulisnya) hanya
berputar pada dua poros, yaitu poros kedustaan dan fitnah terhadap syaikh, dan
poros kebodohan dimana ia menyalahkan sesuatu yang benar dari Syaikh.”
(Lihat : Muqoddimah Shiyahatul Insan, hal. 6,
Maktabah Ahlul Hadits, www.ahlalhdeeth.com.)
Namun anehnya, suatu hal yang telah jelas lemah,
tidak berdasar, penuh dengan khurofat dan bid’ah, masih dipegang dan dijadikan
dasar oleh Hizbut Tahrir? Hal ini semakin menunjukkan bahwa Hizbut Tahrir ini
adalah firqoh yang mengumpulkan semua kesesatan dari firqah- friqah sesat
lainnya yang menyelisihi Ahlus Sunnah, dan dijadikannya sebagai| dan
referensi-referensi yang tidak ilmiah serta tidak berdasar lainnya, seperti
buku Kaifa Hudimat al-Khilafah (bagaimana kekhalifan dihancurkan) karya
pembesar mereka, Abdul Qodim Zallum12.
Mereka juga banyak menukil dari website-website
shufiyah (berpemahaman tasawuf) yang berbahasa Inggris, yang dikelola oleh
pembesar shufiy di Amerika, seperti Nazhim al-Qubrisi13 dan Hisyam Kabbani14.
Dari sinilah syabab Hizbut Tahrir seperti Abu Riya’
al-Buali dan al-Mudzabzab kebanyakan menukil bantahan-bantahan ‘tidak ilmiah’
mereka, menterjemahkannya dan menyebarkannya ke situs-situs dan mailing lists
di internet.
Mereka menjelekkan para imam Ahlus Sunnah dengan
tuduhan dusta dan keji dengan menukil dari kaum shufiyun bid’iyun, yang mengusung
pemikiran sesatnya dalam rangka menjelekkan ulama sunnah dan du’at tauhid. Abu
Riya’ al-Buali dalam hal ini menterjemahkan tulisan Kabbani dengan serampangan
–menunjukkan bahwa orang ini tidak faham Bahasa Inggris, apalagi Bahasa Arab-
tanpa ber sikap obyektif dan ilmiah.
Yang sungguh aneh adalah, bukankah Hizbut Tahrir
mengklaim bahwa mereka memerangi
‘pluralisme’ agama, namun mereka menukil dari
ulama-ulama yang mengusung pemahaman ‘pluralisme’. Perhatikan ini wahai Aba
Riya’, bahwa orang yang engkau nukil tulisannya itu adalah para pengusung faham
‘pluralism’, maka apakah yang akan engkau koar-koarkan lagi?
Kabbani berkata :
“What is the meaning of good people? Good people
must not hav e in their heart hatred, enmity or inequity towards anyone of
God’s serv ants. Everyone must be equal in their ey es : Muslim, Jewish,
Christian, Buddhist, Hindu. This is up to God, it is not y our judgement. You
cannot judge this.” [Kabbani, Mercy Ocean Shore of Safety, p.26].
“Apa yang dimaksud dengan orang sholih itu? Orang
sholih itu haruslah tidak memiliki di dalam hati mereka: kebencian, permusuhan
ataupun ketidakadilan terhadap siapapun dari hamba-hamba Tuhan. Semuanya
haruslah sama di dalam pandangan mereka: baik Muslim, Yahudi, Kristen, Buddha,
Hindu. Semua ini terserah Tuhan. Ini bukanlah penilaianmu. Anda tidak berhak
menilainya.” (Kabbani, Mercy Ocean Shore of Safety, hal. 26)
Lebih jauh lagi, Abdullah as-Daghistany, guru
Nazhim al-Qubrusi, pembenci Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, pembela Ibnu
Arobi ath-Tho’iy yang telah dikafirkan oleh ummat, namun dipujinya sebagai
“ash-Sheikh al-Akbar” (Guru terbesar) dan dikatakannya sebagai “Great Scholar
and Spiritual Giant” (Ulama besar dan Raja Spiritual) di dalam kitab
“Mercy Ocean Book 2, 1980 (hal. 122).
Ad-Daghistani menyebutkan hadits qudsi yang tidak
diketahui asalnya :
“He Almighty says, again, ‘No one except Me can
know those way by which My servants are coming to Me. By looking, you may see
that a servant is going another way. But He is coming to me also. He cannot
find any thing except Me, no matter which he may trav el! Any way that my
servant follows, he must come to Me! Buddhist, Christians, Catholics,
Communists, Confucians, Brahmans, Negroes; who created them?
He created them, all of them, and each one says,
‘We are going on a way that leads to the Div ine Presence.’ So many, many ways;
y ou cannot know. Therefore, Allah says, ‘Allay sa’llahu biya kaymi hajimn.’
This mean, ‘No one may judge for My servants, except Me!” [Nazim, Mercy Oceans,
1980, p.78].
“Allah yang Maha Agung berfirman : “Tidak ada
seorangpun kecuali Aku yang dapat mengetahui jalan itu yang mana hamba-Ku akan
datang kepada-Ku. Dengan melihat, engkau dapat melihat seorang hamba sedang
pergi ke jalan lain. Namun ia juga datang kepada-Ku. Dia t idak dapat menemukan
apapun melainkan diri-Ku. Tidak peduli dia akan safar. Semua jalan yang diikut
i oleh hamba-Ku, dia pasti datang kepada-Ku! Budha, Kristen, Katolik, Komunis,
Konfusis, pengikut Brahmana, Negro. Siapakah yang menciptakan mereka? Dia yang
menciptakan mereka semua. Setiap ada orang yang berkata, ‘Kita akan pergi ke
jalan yang menuju ‘Kehadiran Yang Pasti’. Begitu banyak, banyak sekali jalan,
engkau tidak dapat mengetahuinya. Oleh karena itu Allah berfirman, “Allay
sa’llahu biya kaymi hajimn” yang artinya, ‘Tidak ada seorangpun yang dapat
menghukumi hamba-hambaku melainkan diri-Ku.” (Nazim, Mercy Ocean, 1980, hal.
78.)
Selain itu Kabbani dan guru-gurunya juga
menafikan/meniadakan jihad, dia berkata bahwa
kaum muslimin yang mengklaim hak untuk berjihad
tanpa kehadiran Imam Mahdi adalah
dusta. (lihat : Nazim, Star From Heaven, hal.26).
Mereka juga mencela para sahabat semisal Utsman bin
Affan, sebagaimana perkataan Nazim : “Uthman didn’t attain the spiritual ranks
attained by Abu Bakr and Ali because he somet imes held f irmly to his own
desires…” (Utsman tidaklah menjangkau tingkatan spiritual yang diperoleh oleh
Abu Bakar
Ada dua point utama yang akan kami komentari dan
klarifikasi dari tuduhan syabab Hizbut Tahrir ini, yaitu tuduhan yang
menyatakan bahwa :
1. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan pengikutnya
memberontak dari khilafah Utsmaniyah (di Turki).
2. Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab dan pengikutnya
adalah seorang agen mata-mata Inggris.
Dan masih banyak lagi sebenarnya tuduhan-tuduhan
yang dilontarkan kepada beliau. Namun kami rasa dua point di atas yang paling
urgen/penting untuk dibahas, terlebih lagi tuduhantuduhan lainnya terhadap
Syaikh al-Imam rahimahullahu adalah tuduhan yang begitu mudah untuk dibantah. Seperti
misalnya, dikatakan bahwa Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab tidak mencintai
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dikarenakan beliau mengharamkan
peringatan Maulid Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam dan membid’ahkan sholawat
kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam. Bagaimana bisa dikatakan bahwa
beliau tidak mencintai Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal beliau
senantiasa menegakkan sunnah Nabi, membelanya dari makar ahlul bid’ah, bahkan
beliau menulis muktashar sirah nabawiyah (Ringkasan sejarah nabi). Bagaimana
bisa dikatakan bahwa dan Ali dikarenakan ia terkadang berpegang kepada hawa
nafsunya…” [lih : Nazim, Mercy Oceans’ Hidden Treasures, h.39).
Wahai Aba Riya’ al-Buali… apakah ini yang engkau
sebut sebagai ulama yang layak kau
nukil ucapannya untuk menghantam ulama ahlus
sunnah? Haihata Haihata…(alangkah jauhnya alangkah jauhnya)
beliau membid’ahkan sholawat kepada nabi
Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, padahal beliau orang yang paling sering
bersholawat kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, namun beliau
membid’ahkan sholawat-sholawat yang diciptakan kaum
shufiyun yang di dalamnya terdapat unsur ghuluw (sikap berlebihlebihan) kepada
Nabi15.
Sebelum menjawab syubuhat ini, kami nasehatkan
kepada syabab Hizbut Tahrir yang mencela dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullahu dan selainnya. Ingatlah firman Alloh Subhanahu wa Ta’ala
berikut ini :
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan
hati, semuanya itu akan diminta pertanggung jawabannya.” (Al-Israa’ : 36)
“Dan orang-orang yang menyakiti orang-orang mu’min
dan mu’minat tanpa kesalahan yang mereka perbuat, maka sesungguhnya mereka
telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata.” (Al Ahzab : 58)
“Dan barangsiapa yang mengerjakan kesalahan atau
dosa, kemudian di tuduhkannya kepada orang yang tidak bersalah, maka
sesungguhnya ia telah berbuat suatu kebohongan yang nyata.” (An Nisa : 112)
"Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita
bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita
bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Tiap-tiap seseorang
dari mereka mendapat balasan dari dosa yang diker jakannya. Dan siapa di antara
mereka yang mengambil bagian yang terbesar dalam penyiaran berita bohong itu
baginya azab yang besar.Mengapa di waktu kamu mendengar berita bohong itu
orang-orang mu'minin dan mu'minat tidak bersangka baik terhadap diri mereka
sendiri, dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang
nyata.” (An-Nur 11-12)
Dengan bertabaruk (mencari berkah) kepada Asma
Allah yang Maha Pemurah Lagi Maha penyayang, kami memulai risalah3bantahan
terhadap musuh-musuh dakwah ini dan pembelaan terhadap imam Ahlus Sunnah Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab.
Pertama, Apakah Syaikh al-Imam Muhammad bin Abdil
Wahhab rahimahullahu memberontak dari Khilafah Utsmaniyah?? Mereka menuduh
Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab khuruj (keluar dari ketaatan/memberontak)
terhadap Daulah Utsmaniyah dan memeranginya.
Pembesar Hizbut Tahrir, Abdul Qodim Zallum
ghofarallahu lahu (semoga Allah mengampuninya) mendakwakan bahwa gerakan
Wahabiyyah merupakan diantara penyebab runtuhnya Daulah Utsmaniyah. Dia
berkata: “Inggris berupaya menyerang negara Islam dari dalam melalui agennya,
Abdul Aziz bin Muhammad bin Saud.
Gerakan Wahhabi diorganisasikan untuk mendirikan
suatu kelompok masyarakat di dalam negara Islam yang dipimpin oleh Muhammad bin
Saud dan dilanjutkan oleh anaknya, Abdul Aziz. Inggris memberi mereka bantuan
dana dan senjata.” 16
Sebelum menjawab tuduhan ini, maka lebih baik jika
kita simak terlebih dahulu perkataan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab tentang
wajibnya mendengar dan ta’at kepada imam 5
kaum muslimin, baik yang fajir maupun yang sholih,
selama di dalam perkara yang ma’ruf bukan kemaksiatan. Syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab Qoddasallahu ruhahu (semoga Allah mensucikan ruhnya) berkata di
dalam risalahnya terhadap penduduk Qoshim :
“Aku berpendapat bahwa mendengar dan ta’at kepada
pemimpin kaum muslimin baik yang fajir maupun yang sholih adalah wajib, selama
di dalam per kara yang mereka tidak memerintahkan untuk bermaksiat kepada
Alloh. Juga kepada penguasa khilafah yang umat bersepakat atasnya dan
meridhainya, ataupun yang menggulingkan kekuasaan dengan pedangnya hingga
dirinya menjadi khalifah, maka wajib taat kepadanya dan haram memberontak
darinya.”17
Beliau rahimahullahu juga berkata :
“Pokok yang ketiga adalah : termasuk kesempurnaan
ijtima’ (bersatu) adalah mendengar dan ta’at kepada siapa saja yang memimpin
kami walaupun dia adalah seorang budak dari Ethiopia…” 18
Setelah kita simak penuturan syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab rahimahullahu tentang kewajiban mendengar dan ta’at terhadap imam
kaum muslimin, baik dia seorang yang fajir maupun sholih –selama bukan dalam
kemaksiatan-, maka kita telah mendapatkan suatu jawaban penting dari syubuhat
dan tuduhan mereka, yaitu bahwa Syaikh tidaklah beraqidah khowarij (aliran yang
mengkafirkan kaum muslimin yang melakukan dosa besar) dan beliau tidak pernah
mengajarkan untuk memberontak kepada penguasa kaum muslimin.
Lantas bagaimana tuduhan yang demikian ini bias
muncul? Maka kami jawab : Tuduhan ini muncul dikarenakan kebodohan mereka
terhadap Tarikh/sejarah Utsmani ataupun kebodohan mereka terhadap dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab rahimahullahu. Tuduhan ini juga muncul dikarenakan
kedengkian mereka terhadap dakwah yang mubarokah ini dan karena kebodohan
mereka yang sangat terhadap tauhid yang merupakan asas dakwah para nabi dan
rasul.
Abdul Qodim Zallum ghofarallahu dan selainnya
menutup mata dari sejarah Utsmani. Apakah mereka tidak tahu –atau pura-pura
tidak tahu- bahwa Daulah Utsmaniyah tatkala itu terbagi menjadi 32 iyalah
(distrik) termasuk di dalamnya wilayah arab terbagi menjadi 14 distrik dimana
Nejd19 tidaklah termasuk di dalamnya. Fadhilatus Syaikh DR. Sholih al-Abud haf
izhahullahu berkata :
“Nejd bukanlah termasuk bagian dari pengaruh Daulah
Utsmaniyah, kekuasaannya tidak sampai kepadanya dan penguasa Utsmaniyah tidak
pernah datang di Nejd. Tidak pernah pula pasukan Turki datang menembus negeri
ini di zaman sebelum munculnya dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab
rahimahullahu. Dan yang menunjukkan hakikat kebenaran sejarah ini adalah
ketetapan pembagian wilayah administrasi Utsmaniyah yang terdapat di dalam
risalah Turki yang berjudul “Undang-undang Utsmaniyah yang mencakup daftar
perbendaharaan negeri”, yang ditulis oleh Yamin Ali Afandi, petugas yang
menjaga daftar ‘al-Khoqoni’ pada tahun 1018 H. (1609 M.). Risalah ini
menjelaskan bahwa semenjak awal abad ke-11 Hijriah, Daulah Utsmaniyah terbagi
menjadi 32 distrik diantaranya 14 distrik wilayah Arab dan Negeri Nejd tidaklah
termasuk bagiannya kecuali Ihsa’, jika kita menganggapnya sebagai bagian dari
Nejd…”20
Adapun tuduhan Zallum kepada Alu Su’ud sebagai
antek Inggris dan dikatakan bahwa Alu Su’ud memberontak kepada Daulah
Utsmaniyah, ini menunjukkan kejahilan Zallum kepada sejarah. Abdullah bin Su’ud
menulis surat yang berisi pujian kepada Sultan Mahmud al-Ghozi sebagai berikut
:
“Dengan nama Alloh yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang.. Segala puji hanyalah milik Alloh yang menjadikan bagi penyakit akut
ada obatnya, yang mencegah dan menangkis niat buruk musuh-musuh (agama) dengan
perdamaian dan perbaikan, yang mana kedua hal ini merupakan penghalang
terjadinya kekacauan yang membinasakan. Sholawat dan Salam semoga senantiasa
tercurahkan kepada makhluk yang paling mulia dan yang paling suci, Muhammad
penutup para nabi, yang menyampaikan sebaik-baik berita. Wa ba’d, Saya thowaf
mengelilingi Ka’bah, yang merupakan cita-cita seorang hamba, yang mana (Ka’bah
ini) merupakan ambang pintu negeri kami yang merupakan poros tujuan setiap
daerah yang ada, yang merupakan ruh dari jasad alam semesta sebagai tempat
berlezat-lezat orang-orang Hijaz dan Badui, yang menjadi tempat transit bagi
orang-orang yang melakukan perjalanan baik pada sore maupun pagi hari, (wahai)
orang yang memberi arahan, manusia yang menjadi pengelihatan bagi mereka, yang
mana orang yang gelisah dapat tertidur pulas di bawah naungannya, yang mana
orang yang berakal dan bijaksana kembali di bawah pengayomannya, yang mana
akhlaknya lebih halus daripada hembusan semilir angin di pagi hari, dan karisma
yang menarik para pelayar untuk datang, (wahai) sultan dua daratan dan raja dua
samudera, yang muncul pandangannya dari tempat yang tinggi, (wahai) Sultan
putera dari Sultan, Tuan kami Sultan Mahmud al-Ghozi, Saya menghaturkan
permintaan saya dengan permohonan yang amat sangat, yaitu apabila hambamu ini
dari kaum muslimin, (memohon dirimu agar) tiada henti-hentinya memenuhi
syarat-syarat Islam, yaitu meninggikan kalimat syahadat, menegakkan sholat,
menunaikan zakat, berpuasa di bulan Ramadhan dan pergi haji ke Baitullah al-Haram,
ser ta mencegah dari kezhaliman...”21
Lantas bagaimana bisa dikatakan bahwa Alu Su’ud
memberontak kepada khilafah, padahal mereka mengirimkan surat kepada
pembesar-pembesar daulah Utsmaniyah, memuji mereka dan mengharapkan keadilan
dari mereka, dikarenakan mereka dirongrong dan difitnah oleh kaum pendengki dan
penfitnah.
Adapun dakwaan Abdul Qodim Zallum ghofarallahu lahu
bahwa dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahullahu merupakan penyebab
runtuhnya Daulah Utsmaniyah, maka syaikh al-Allamah Mahmud Mahdi al-Istanbuli
rahimahullahu berkata menjawab tuduhannya :
“Harusnya penulis ini (i.e. Zallum) menopang
pendapatnya dengan dalil yang kuat dan kokoh, sebagaimana per kataan seorang
penyair :
وإذا
الدعاوى
لم
تقم
بدليلها
بالنص
فهي
على
السفاه
دليل
Jika para pendakwa tidak menopang dalilnya dengan
dalil Maka dia berada di atas selemah-lemahnya dalil Dimana telah diketahui
bersama bahwa sejarah telah menyebutkan bahwa Inggris menghalangi dakwah ini
semenjak awal mula berdirinya, mereka khawatir akan
kebangkitan Islam.” 22
Beliau rahimahullahu juga berkata :
“Sungguh keanehan yang dapat menyebabkan tertawa
sekaligus menangis, bahwa Ustadz ini (i.e. Zallum) menuduh gerakan Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab termasuk penyebab runtuhnya Khilafah Utsmaniyah,
dimana telah diketahui bersama bahwa gerakan ini berdiri pada sekitar tahun
1811 M. Sedangkan Khilafah Utsmaniyah runtuh pada sekitar tahun 1922 M.”23
Jika mereka mau obyektif dan adil, niscaya mereka
mau membaca kitab-kitab sejarah Utsmaniyah dan menelaah penyebab runtuhnya
Daulah Khilafah Utsmaniyah, bukannya malah menghantam dakwah mubarokah Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahhab, menuduh dan menfitnahnya dengan tuduhan dan fitnah
yang keji, yang tidak berlandaskan hujjah dan dalil sedikitpun. Oleh karena itu
kami menantang mereka yang menuduh demikian ini untuk menunjukkan kepada kami
kitab sejarah Utsmaniyah yang ditulis oleh sejarawan obyektif yang membenarkan
tuduhan mereka.
Kedua, Tuduhan mereka bahwa Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab dan para pembelanya adalah antek-antek Inggris.
Kami katakan kepada mereka para penuduh itu : هذا
تان
عظيم
(Inilah adalah suatu kedustaan yang besar). Bagaimana tidak, ketika mereka
tidak mampu membantah dakwah tauhid ini secara ilmiah, maka mereka menghalalkan
segala cara untuk menfitnah dan membuat kedustaan terhadap syaikh Muhammad bin
Abdil Wahhab rahimahullahu. Syaikh Malik bin Husain hafizhahullahu berkata :
“Senantiasa musuh-musuh Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab rahimahullahu berdaya upaya dengan berbagai macam cara dan sarana untuk
menjelekkan citra dakwah perbaikan ini, dengan berbekal hasutan yang tiada lain
hanyalah kedustaan dan fitnah. Tiada daya dan tiada kekuatan melainkan hanya
dengan Alloh.” 24
Diantara cara mereka untuk menghantam dan
menjelekkan dakwah mubarokah ini, adalah dengan berpegang pada mudzakkarat (catatan
harian) seorang yang tidak dikenal (majhul) di dalam sejarah, yang bernama
Hampher25.
Syabab Hizbut Tahrir beserta barisan pendengki
dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bersorak sorai gembira dengan catatan
harian Mr. Hampher ini. Mereka menukil, menyebarkan dan menuduh dengan bukti
ini, bahwa Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah agen Inggris.
Wal’iyadzubillah.
Yang membuat aneh adalah, Hizbut Tahrir ini menolak
khobar ahad meskipun shahih dan berasal dari rawi (periwayat hadits) yang
tsiqoh (terpercaya), ‘adil (tidak pernah melakukan dosa besar) dan dhobit
(hafalannya kuat) di dalam masalah I’tiqod (keimanan) namun mereka dengan serta
merta menerimaberita dari seorang yang kafir26, majhul (tidak dikenal)27 dan
pelaku kemaksiatan28 dalam rangka menuduh aqidah seorang muslim pembela tauhid
dan sunnah. Allahul Musta’an. Dimanakah akal-akal mereka?
Untuk membantah syubuhat beracun namun rapuh ini,
Syaikh Malik Husain hafizhahullahu berkata :
“Setelah penelitian saya terhadap mudzakkarat ini,
menjadi jelas bagi saya bahwa mudzakkarat ini merupakan naskah yang dibuat-buat
oleh individu maupun kelompok yang memiliki tujuan untuk mencemarkan Dakwah
Syaikh Muhammad
bin Abdil Wahhab rahimahullahu dengan kedustaan dan
fitnah, dan dalil-dalil yang saya katakan ini banyak…”29
Berikut ini kami nukilkan dalil-dalil yang
disebutkan oleh Syaikh Malik Husain nafa’allahu bihi atas kedustaan dan
kepalsuan mudzakkarat Mr. Hempher ini.
Dengan meneliti sejarah yang disebutkan di dalam
mudzakkarat, menjadi jelas bagi kita bahwa Hempher ini tatkala bertemu dengan
Syaikh rahimahullahu, umur syaikh ketika itu kurang lebih sekitar sepuluh
tahun. Hal ini tidak sesuai, bahkan kontradiksi dengan apa yang disebutkan di
dalam mudzakkarat (hal. 30) bahwa Hampher berkenalan dengan seorang pemuda yang
sering mondar-mandir di toko ini yang faham tiga bahasa, yaitu bahasa Turki,
Persia dan Arab. Tatkala itu dia dalam fase menuntut ilmu agama, yang namanya
adalah Muhammad bin Abdil Wahhab, dan dia adalah seorang pemuda yang sangat antusias
di dalam menggapai tujuannya.
Inilah perincian dalil-dalilnya :
*Ia menyebutkan di dalam mudzakkarat hal. 13 :
“Kementrian penjajahan Inggris mendelegasikan
Hampher ke al-Asaanah, pusat Khilafah al-Islamiyah pada tahun 1710M/1122H.
*Ia menyebutkan pada halaman 18, bahwa dia tinggal
di al-Asaanah selama dua tahun kemudian dia kembali ke London atas perintah
(Kementrian Penjajah Inggris) dalam rangka menyerahkan ketetapan yang
terperinci tentang kondisi ibukota pemerintahan khilafah Utsmaniyah.
*Ia menyebutkan pada halaman 22, bahwa ia tinggal
di London selama 6 bulan.
*Ia menyebutkan pada halaman 22, bahwa ia pergi
menuju ke Bashrah yang memerlukan waktu perjalanan selama 6 bulan.
Di tengah-tengah keberadaannya di Bashrah, ia
bertemu dengan syaikh rahimahullahu.
Sehingga apabila dijumlahkan semua tahun sejarah,
ia bertemu dengan syaikh pada tahun1125 H./1713 M. sedangkan syaikh dilahirkan
padaatahun 1115 H.30/1703 M.
Sehingga disimpulkan bahwa Hampher bertemu syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab ketika berusia 10 tahun. Dan ini merupakan dalil yang
nyata atas kebatilan mudzakkaraat ini secara global dan terperinci.
Dia menyebutkan di dalam mudzakkarat-nya (hal. 100)
bahwa syaikh rahimahullahu menampakkan dakwahnya pada tahun 1143 H., dan ini
adalah suatu kedustaan yang nyata, dimana sejarah menyebutkan bahwa syaikh
menampakkan dakwahnya setelah wafatnya ayahnya, pada tahun 1153 H. Perhatikan
kerancuan sejarah yang nyata ini.
Sesungguhnya sikap Inggris terhadap dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdil Wahhab tidaklah menyokong dan menolong, namun memusuhi dan
memeranginya. Sebagaimana akan datang penjelasannya setelah ini-insya Alloh-
*Tidak kita dapatkan penyebutan mudzakkarat ini
oleh orang-orang sezamannya, padahal musuh-musuh dakwah mubarokah ini senantiasa
menjelekkannya dan menyebarkan setiap kejelekan dakwah ini, namun anehnya
mudzakkarat ini keluar/muncul akhir-akhir ini. Hal ini menjunjukkan secara
jelas kedustaan dan kebohongan mudzakkarat ini.
*Hampher ini adalah orang yang tidak dikenal.
Dimana ma’lumat (surat perintah) yang terperinci tentangnya? yang menjelaskan
namanya, kedudukannya, dan yang berkaitan tentang tugasnya dan perannya dari
pemerintah Inggris.
*Sesungguhnya siapa yang membaca mudzakkarat ini,
dapat memastikan bahwa penulisnya pastilah bukan seorang nashrani, dikarenakan
banyaknya ngkapanungkapannya yang mencela dan merendahkan agama nashrani
termasuk juga Inggris.
*Dua naskah terjemahan mudzakkarat yang telah
dicetak, tidak disebutkan tentang maklumat mudzakkarat ini, dari aspek naskah
aslinya, apakah berupa cetakan ataukah tulisan tangan dan dengan menggunakan
bahasa apa?
*Penterjemah mudzakkarat ini tidak dikenal. Pada
naskah terjemahan pertama tidak disebutkan siapa penterjemahnya sedangkan pada
naskah terjemahan kedua hanya disebutkan penerjemahnya dengan inisial .د.م.ع.خ
Dan masih banyak lagi dalil-dalil yang disebutkan
syaikh Malik Husain tentang batilnya Mudzakkarat Mr. Hampher ini. Silakan lihat
lebih rincinya di majalah al-Asholah no. 31, tahun ke-6, 15 Muharam 1422 H.
Kami katakan kepada Hizbut Tahrir dan orang-orang
yang sefikrah dengan mereka, dengan menukil ucapan seorang penyair:
و
من
جعل
الغراب
له
دليلا
يمر
به
على
جيف
الكلاب
“Barangsiapa yang menjadikan burung gagak sebagai
dalil Maka ia akan membawanya melewati bangkai-bangkai anjing”
Syaikh Malik Husain nafa’allahu bihi berkata :
“Sesunguhnya apa yang terdapat di dalam mudzakkarat
ini adalah omong kosong belaka dan ucapan yang tidak berlandaskan dalil sama
sekali, yang tidak keluat melainkan dari dua jenis manusia, yaitu :
1. Orang yang bodohnya sangat bodoh sekali dan
dungu yang tidak mampu membedakan mana telapak tangannya dan mana sikunya
2. Para pengekor hawa nafsu, ahlul bid’ah yang
memusuhi dakwah tauhid.
Maka bertakwalah! Sesungguhnya daging para ulama
itu beracun dan sunnah Allah di terhadap para pencela ulama telah diketahui,
maka barangsiapa yang berkata buruh terhadap ulama dan mencercanya, maka
niscaya Alloh akan menimpakan kematian hatinya sebelum wafatnya. Kita memohon
perlindungan dan keselamatan dari Alloh.” 31
Hakikat Sikap Pemerintah Eropa terutama Inggris
terhadap Dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab Beberapa sosok syetan berwujud
manusia dari orangorang eropa berf ikir tentang akibat yang akan menimpa
mereka, jika Dakwah Muhammad bin Abdil Wahhab yang didukung pemerintahan Su’ud
pertama memperluas pengaruhnya. Mereka melihat bahwa apa yang dilakukan oleh
pemerintah Su’ud akan mengancam kepentingan mereka di kawasan timur secara
umum.
Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali
menghancurkan pemerintahan ini. Mereka pun menempuh berbagai daya dan upaya di
dalam menghancurkan dakwah salafiyah ini, diantaranya adalah :
Pertama, penebaran publik opini di tengah negeri
Islam melawan dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Maka bangkitlah para
penganut bid’ah dan khurofat memerangi dakwah
Syaikh. Mereka adalah golongan mayoritas di saat
itu, yang mana faham quburiyun, khurof iyun, bid’ah dan syirik telah mendarah
daging di dalam hati mereka, bahkan parahnya kesultanan Ustmaniyah generasi akhir
adalah termasuk pemerintahan yang mendukung kesyirikan dan kebid’ahan ini. Ini
semua terjadi setelah Inggris dan Perancis menyebarkan fatwa yang mereka ambil
dari Ulama suu’ (jahat) yang menfatwakah bahwa apa yang didakwahkan oleh Syaikh
al-Imam adalah rusak.32
Kedua, Mereka menebarkan fitnah antara gerakan
Syaikh al-Imam dengan pemimpin kesultanan Utsmaniyah. Orang-orang Inggris dan
Perancis menebarkan racun ke dalam fikiran Sultan Mahmud II, bahwa gerakan
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab bertujuan untuk memerdekakan Jazirah Arab dan
memisahkan diri dari kesultanan. Sultan pun merespon dan berupaya memberangus
gerakan Syaikh, padahal seharusnya beliau meragukan nasehat dari kaum kuffar
ini, meneliti dan melakukan investigasi terhadap berita ini.33
Sesungguhnya para pengikut Dakwah Salafiyah tidak
pernah menuntut khilafah sama sekali dan tidak pernah menyatakan penentangan
bahwa dirinya tidak tunduk kepada kesultanan. Namun sesungguhnya, perselisihan
itu hanyalah ada dalam dua hal yang asasi, yaitu : pertama, permintaan para
pengikut gerakan salaf i tentang adanya keharusan untuk komitmen para jama’ah
haji dalam berpegang teguh dengan manhaj Islam dan mencabut semua yang keluar
dari manhaj Islam. Kedua, adanya perasaan pemerintah Utsmaniyah yang merasa
tidak berdaya di hadapan kekuasaan gerakan Wahhabi atas kota-kota suci yang
berada di Hijaz. Sebab mereka tahu bahwa ketidakmampuan mereka ini berarti
penurunan wibawa dan posisi mereka secara politik.34
Sesungguhnya, Inggris dan Perancis mulai dari awal
telah membenci gerakan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, terlebih setelah
pemerintah Alu Su’ud beserta orang-orang Qowashim mampu melakukan serangan
telak terhadap Armada Inggris pada tahun 1806 M. sehingga perairan Teluk berada
di bawah kekuasaannya.35
Sesungguhnya asas-asas Islam yang murni menjadi
pondasi dasar pemerintahan Su’ud pertama, dan tujuan utama didirikannya negeri
ini adalah untuk melawan kejahatan orang-orang asing di kawasan itu.36
Bukti berikutnya yang menunjukkan bahwa tuduhan
Zallum dan HT terhadap dakwah Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab adalah tuduhan
dusta belaka, adalah : Tatkala Ibrahim bin Muhammad Ali Basya37 berhasil
menghancurkan Dir’iyah dan menghukum pancung pangeran Abdullah bin Su’ud,
Inggris mengutus Kapten George Forester Sadleer38 untuk memberikan ucapan
selamat kepada Ibrahim Pasya dan mengajukan kerjasama antara kekuasaan darat
Ibrahim Pasya dengan kekuatan laut armada Inggris dalam rangka menghadapi
Qowasim yang merupakan pengikut dakwah Muhammad bin Abdil
Wahhab.39
Sungguh, sangat jauh panggang dari api apabila
dikatakan bahwa dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab adalah dakwah boneka
atau antek-antek Inggris. Padahal dengan
menyebarnya dakwah mubarokah ini ke pelosok dunia
lain, melahirkan para pejuang-pejuang Islam. Di India, Syaikh Ahmad Irfaan dan
para pengikutnya adalah gerakan yang pertama kali membongkar kebobrokan Mirza
Ghulam Ahmad Qadiyaniyah yang semua orang tahu bahwa Qodiyaniyah ini adalah
kepanjangan tangan dari kolonial Inggris. Mereka juga memekikkan jihad
memerangi kolonial Inggris saat itu di negeri mereka.40
Di Indonesia, tercatat ada Tuanku Imam Bonjol,
Tuanku Nan Renceh, Tuanku Nan Gapuk dan selainnya yang memerangi bid’ah,
khurofat dan maksiat kaum adat sehingga meletus perang Paderi, dan mereka semua
ini adalah para pejuang Islam yang memerangi kolonialisme Belanda.41 Belum lagi
di Mesir, Sudan, Afrika dan belahan negeri lainnya, yang mana mereka semua
adalah para pejuang Islam yang membenci kolonialisme kaum kafir eropa.
Wahai Hizbut Tahrir! Bacalah buku-buku dan risalah
karangan Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab, niscaya engkau akan mengetahui
hakikat dakwah ini, dan engkau akan faham hakikat perjuangan dakwah ini.
Penyebab keruntuhan Daulah Utsmaniyah yang tidak
difahami oleh Hizbut Tahrir
Abdul Qodim Zallum ghofarollahu lahu di dalam buku
Kaifa Hudimatil Khilaafah, ketika menelaah sebab-sebab keruntuhan Daulah
Utsmaniyah hanyalah dari aspek eksternal yang kosong dari tinjauan kaca mata
al-Qur’an dan as-Sunnah. Dia hanya menelaah konspirasi kaum kuffar dan
upaya-upaya mereka di dalam menghancurkan Daulah, tanpa menganalisa dengan kaca
mata wahyu, mengapa daulah Utsmaniyah bisa hancur?
Seharusnya dia tidak hanya menelaah كيف
هدمت
الخلافة
(Bagaimana Hancurnya Daulah Khilafah), Namun seharusnya dia menelaah juga لماذا
هدمت
الخلافة
(Mengapa daulah Utsmaniyah bisa hancur)?
Bukankah Allah Ta’ala telah berfirman :
هو
الذي
أرسل
رسوله
بالهدى
و
دين
الحق
ليظهره
على
الدين
كله
ولو
كره
المشركون
“Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya (dengan
membawa) petunjuk (Al Qur 'an) dan agama yang benar untuk dimenangkan- Nya atas
segala agama, walaupun orang-orang musyrik tidak menyukai.” (At-Taubah : 33)
Bukankah ayat di atas merupakan janji Alloh
Subhanahu wa Ta’ala bahwa agama ini akan dimenangkan atas agama-agama lainnya?
Bukankah orang-orang kafir mulai dari zaman rasul
pertama kali diutus hingga hari kiamat senantiasa membenci dan tidak ridha
dengan agama ini, mereka akan senantiasa memerangi dan memadamkan cahaya agama
Alloh, sebagaimana dalam firman-Nya :
و
لن
ترضى
عنك
اليهود
و
لن
النصارى
حتى
تتبع
ملتهم
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang
kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka.” (Al-Baqoroh : 120)
يريد
الله
أن
يطفئوا
نور
الله
بأفواههم
و
يأبى
الله
إلا
أن
يتم
نوره
ولو
كره
الكافرون
“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah
dengan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah
tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang yang
kafir tidak menyukai.” (At-Taubah : 32)
Sesungguhnya sebab-sebab keruntuhan pemerintahan
Utsmani sangatlah banyak, yang kesemuanya tersimpul pada semakin menjauhnya
pemerintahan Utsmani terhadap pemberlakuan syariah Alloh yang menyebabkan
kesempitan dan kesengsaraan bagi ummat di dunia. Dampak dari jauhnya
pemerintahan Utsmani dari Syariah Alloh ini tampak sekali dalam kehidupan yang
bersifat keagamaan, sosial, politik dan ekonomi.42
Alloh Ta’ala berfirman :
“Dan Allah telah berjanji kepada orang-orang yang
beriman di antara kamu dan mengerjakan amal-amal yang saleh bahwa Dia sungguh-sungguh
akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan
orang-orang yang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi
mereka agama yang telah diridhai-Nya untuk mereka, dan Dia benar-benar akan
menukar (keadaan) mereka, sesudah mereka berada dalam ketakutan menjadi aman
sentausa. Mereka tetap menyembah-Ku dengan tiada mempersekutukan sesuatu apapun
dengan Aku. Dan barangsiapa yang (tetap) kafir sesudah (janji) itu, maka mereka
itulah orang-orang yang fasik.” (An-Nur : 55)
Daulah Utsmaniyah di awal pemerintahannya memenuhi
semua syarat-syarat yang termaktub di dalam ayat di atas.
Sebaliknya, di akhir pemerintahannya syarat-syarat
itu sama sekali tidak terpenuhi dan menyimpang dari pemahamannya yang asli. Ada
beberapa hal yang menyebabkan runtuhnya daulah Utsmaniyah43 yang tidak
disinggung oleh Hizbut Tahrir, yaitu :
1. Tidak adanya al-Wala’ (Loyalitas) dan Baro’
(Disloyalitas) yang jelas pada akhir-akhir masa daulah Utsmaniyah. Para
penguasa Utsmaniyah terbius dengan budaya dan pemikiran kaum kuffar dan menjadi
sekutu mereka. Muhammad Ali Pasya, wali Mesir yang menjadi contoh utama hal
ini. Dia adalah boneka bikinan barat dan antek-antek mereka, keberhasilannya
memegang tampuk kekuasaan di Daulah Utsmaniyah adalah keberhasilan rencana
salibis.44
2. Penyempitan makna ibadah. Ibadah menurut Daulah
Utsmaniyah akhir hanya terbatas pada ritual-ritual yang turun temurun dan
taklid yang tidak memiliki faidah dan dampak terhadap kehidupan. Hal ini
menyebabkan maraknya madzhab sekuler dalam pemerintahan Utsmani yang semakin
marak pada akhir-akhir keruntuhannya.45
3. Menyebarnya fenomena syirik, bid’ah dan
khurofat. Sisi inilah penyebab kemunduran utama Daulah Utsmaniyah. Mereka
terjebak dalam belenggu kebodohan dan kesyirikan, dan mereka meninggalkan
tauhid murni yang dibawa oleh para Nabi dan Rasul. Mulai dari sultan, pembesar
hingga rakyat kecil terbelenggu oleh bid’ah, syirik dan khurofat.
4. Pembangunan kubah-kubah kuburan di seluruh
wilayah Utsmani mereka lakukan dengan berlomba-lomba membangun yang paling
megah. Bahkan mereka pun bernadzar pada makam-makam dan peninggalan nenek
moyang mereka. Risalah al-Qoul al-Anfa’ fir raddi ‘an Ziyaraatil Mifdaa’ karya
Al-Allamah Mahmud Syukri al-Alusi menjadi saksi atas faham sesat mereka yang
bernadzar dan bertabaruk dengan meriam peninggalan Sultan Murad.
5. Bid’ah-bid’ah dan khurofat menjamur dimana-mana,
sehingga yang sunnah dianggap bid’ah dan yang bid’ah dianggap sunnah.
wal’iyadzubillah.46
6. Gencarnya aktivitas kelompok-kelompok sesat dan
menyimpang seperti Syi’ah Isna Asyariyah, Druz, Nushairiyah, Shufiyah,
Qadhiyaniyah, dan selainnya. Sesungguhnya kelompok-kelompok sesat inilah yang
menjadi tanggung jawab hancurnya kesatuan Daulah Utsmaniyah dan mereka adalah
serigala berbulu domba yang harus diperangi dan dijelaskan kesesatannya.
7. Tidak adanya pemimpin Robbani.
8. Penolakan dibukanya pintu ijtihad.
9. Menyebarnya kezhaliman dalam pemerintahan.
10. Perselisihan dan perpecahan.
Inilah sebab-sebab yang tidak diperhatikan oleh
Hizbut Tahrir yang merupakan penyebab utama hancurnya Daulah Utsmaniyah. Mereka
hanya berkoar-koar seputar konspirasi kaum kuffar dan munafiq, tanpa menelaah
penyebab “Mengapa Daulah Utsmaniyah bisa dikalahkan dan dihancurkan oleh konspirasi
kaum Kuffar dan Munafiq”!, “Mengapa kaum muslimin kalah melawan agresi kaum
kuffar?” dan “mengapa agama yang telah dijanjikan oleh Alloh kemenangan ini
menjadi kalah dan terbelakang di antara agama-agama lainnya?!”
Inilah yang tidak mampu mereka jawab, melainkan
mereka akan mencari kambing hitamnya. Hizbut Tahrir adalah kelompok yang turut
menyuburkan faham quburiyun, khurofiyun, bid’iyun dan shuf iyun47, sehingga
mereka tidak akan ridha dan rela terhadap dakwah tauhid yang dibawa oleh Imam
Muhammad bin Abdil Wahhab. Mereka akan senantiasa memeranginya, mencercanya,
menfitnahnya, membuat kedustaan atasnya, dan mereka akan bersekutu dengan
firqoh-firqoh sesat lainnya semisal shufiyun dan syi’ah, dalam rangka memerangi
dan menghantam dakwah ini. Kecuali diantara mereka yang dirahmati
Alloh.
Catatan Kaki:
1 Lihat QS al-An’aam : 112
2 Mujassim adalah kelompok yang berpemahaman bahwa
Allah memiliki jism (jasmani).
3 Musyabbih adalah kelompok yang berpemahaman bahwa
Allah serupa dengan makhluk-
Nya.
4 Hasyawiyah adalah orang yang linglung dengan
ucapannya.
5 Nashibah adalah kelompok yang memerangi dan
membenci Ali bin Abu Thalib dan Ahlul
Bait.
6 Hizbut Tahrir adalah salah satu kelompok sempalan
‘Islam’ yang didirikan oleh Taqiyudin an-Nabhani ghofarollahu lahu. An-Nabhani
adalah salah seorang cucu Yusuf bin Isma’il an- Nabhani, ulama sufi pada
zamannya yang menulis kitab Jaami’ Karomatil Awliyaa’ dan Syawahidul Haqq fil
Istighotsah bi Sayyidil Kholqi yang isinya dipenuhi dengan bid’ah, syirik dan
khurofat, ser ta celaan terhadap para imam Ahlus Sunnah, seperti Syaikhul Islam
Ibnu Taimiyah. Al-Allamah al-Iraqi Mahmud Syukri al-Aluusi telah menulis kitab
bantahannya yang berjudul Ghoyaatul Amaani fir Raddi ‘ala-n Nabhani. Sedangkan
Taqiyudin an-Nabhani sendiri, secara global aqidahnya bersesuaian dengan aqidah
Asy’ariyah Maturidiyah, bahkan an-Nabhani sendiri menyatakan bahwa Asy’ariyah
dan Maturidiyah termasuk Ahlus Sunnah tatkala membahas masalah al-Qodho’ wal
Qodar. Baca lebih lengkap tentang kesesatan Hizbut Tahrir di al-Jama’aat
al-Islamiyyah f i Dhou’il Kitaabi was Sunnah, karya syaikhuna Salim bin Ied
al-Hilaaly, hal. 287-361 dan Hizbut Tahrir :
Munaaqosyah ‘Ilmiyyah li-ahammi Mabadi`il Hizbi
karya Syaikh Abdurrahman bin Muhammad Sa’id Dimasyqiyyah.
7 Allah Subhanahu wa Ta’ala ber firman :
“Janganlah kalian mensucikan diri-diri kalian,
sesungguhnya Alloh yang lebih tahu siapa yang paling bertakwa.” (An-Najm : 32)
Orang ini dengan berani menggunakan nama ‘samaran’
al-Mujaddid (pembaharu), seolah-olah dirinya menganggap bahwa dirinya adalah
orang yang memperbaharui agama ini. Dengan nama ini, orang ini bermaksud
mensucikan dirinya dan berbangga-bangga dengannya, padahal ini jelas-jelas
suatu kezhaliman.
8 Al-Muharrif adalah orang yang gemar merubah sesuatu
dari tempatnya.
9 Al-Mudzabdzab adalah orang yang plin-plan atau
tidak punya pendirian.
10 Judul ini tidak tepat dari segala sisi. Karena
si mudzabdzab/plin-plan ini di dalam tulisannya tidak berpijak pada sumber
referensi sejarah yang jelas dan ilmiah! lantas bagaimana bisa dia mengklaim
bahwa tulisannya adalah sebuah telaah kritis sejarah?!!
Padahal si mudzabdzab ini tidak menelaah satupun
kitab tarikh atau sejarah Utsmaniyah, melainkan hanya menukil dari tulisan
pembesarnya yang bukanlah ahli sejarah, semisal Abdul Qodim Zallum dan Umar
Bakri Muhammad. Saya sarankan agar si mudzabdzab ini member ikan judul
tulisannya dengan judul “Telaah Ngawur Terhadap Sejarah…”
11 Risalah ini adalah risalah yang kecil namun
sering dijadikan landasan oleh musuh-musuh dakwah di dalam mencela Syaikh
al-Imam. Di dalamnya penuh dengan tuduhan- tuduhan dusta dan fitnah yang tidak
berdasar sama sekali. Penulis di dalam menulis risalah ini tidak mendasarkan
tulisannya dengan riwayat-riwayat yang shahih terhadap dakwah Syaikh al- Imam,
apalagi penulis hidup setelah 60-70 tahun dari zaman Syaikh al-Imam, sehingga
hampir keseluruhan isi kitab ini adalah dusta dan batil. Hanya saja kaum
shufiyun dan syi’ah sangat bergembira dengan risalah ini. Risalah ini telah
dibantah oleh para ulama Ahlus Sunnah, seper ti Shiyanatul Insaan ‘an Waswasi
asy-Syaikh Dahlaan (menjaga
manusia dari was-was syaikh Dahlan) yang ditulis
oleh al-Allamah al-Muhaddits Muhammad Basyir as-Sahsaawani al-Hindi. Beliau
hidup sezaman dengan Ahmad Zaini Dahlan dan pernah berdebat dengannya.
12 Abdul Qodim Zallum ghofarallahu lahu adalah
pembesar HT kedua dan pengganti an-Nabhani setelah wafat. Dia memiliki beberapa
kitab, diantaranya yang terkenal adalah Kaifa Hudimatil Khilafah. Aqidahnya
tidak jauh berbeda dengan pendahulunya, An-Nabhani, yang dekat dengan aqidah
Asy’ariyah Maturidiyah.
13 Dia adalah pembesar Thariqat Shufiyah
Naqshabandiyah, yang dibaiat sebagai Imam ke-40. Lahir tahun 1922 dan sekarang
dia yang melanjutkan estafet bid’ah thoriqot Naqshabandiyah.
14 Murid Nazhim al-Qubrisi yang berdomisili di
Amerika, menjadi pimpinan dan pembesar
shufiyah di Amerika, mendirikan “As-Sunna
Foundation of America” dan “Haqqani Islamic
Foundation”. Orang ini memiliki website berbahasa
Inggris dengan nama ahle-sunnati dan
sunni serta nama-nama ‘palsu’ lainnya.
15 Seperti shalawat Nariyah, Shalawat Badr kedua
shalawat ini termasuk shalawat yang
tidak di ajarkan Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
(red.)
16 Kaifa Hudimat Khilafah ( terjemahan : Konspirasi
Barat meruntuhkan Khilafah Islamiyah, hal. 5)
17 Majmu’atu Mu`allafaatu asy-Syaikh (V/11)
sebagaimana di dalam al-Islaam Su`al wal
Jawaab, www.saaid.net.
18 Majmu’atu Mu`allafaatu asy-Syaikh (I/394) dan
Da’awaa al-Munaawi’iin 233-234
sebagaimana di dalam al-Islaam Su`al wal Jawaab, www.saaid.net.
19 Abu Riya’ al-Buali di dalam risalah kejinya,
berdalil dengan hadits Bukhari dan Muslim tentang munculnya dua tanduk syetan,
dan menafsirkan dengan menukil ucapan Sayyid Alwi Ahmad Abdullah al-Haddad
Ba’alawi, bahwa yang dimaksud dua tanduk syetan itu adalah Musailimah
al-Kadzdzab dan Muhammad bin Abdul Wahhab. Wal’iyadzubillah. Ini adalah sungguh
fitnah dan tuduhan yang paling keji. Saya katakan, Abu Riya’ ini orang yang
tidak ilmiah sama sekali, mudallis, pendusta dan aqidahnya rusak. Ada dua
catatan yang perlu saya sampaikan di sini. Yaitu :
1. Abu Riya’ menukil hadits-hadits fitan dan dajjal
dari website ahle-sunnat (baca : ahle-bida’, karena diadminstratori oleh
Shufiyun dari Naqshabandiyah dan Alawiyun dari eropa), dan Abu Riya’ ini
melakukan kesalahan yang parah di dalam penterjemahan hadits. Contohnya dia
menterjemahkan ahlul awtsan (para penyembah berhala) dengan arti ‘Amerika dan
Inggris’. Kemudian anehnya lagi, bagaimana bisa dia menyebutkan hadits-hadits
fitan yang bersifat khobar iyah (aqidah) ini sedangkan HT sendiri tidak
mengimaninya?!! Sungguh keanehan yang paling aneh!
2. Bahwa Nejd yang disebutkan di dalam
hadits-hadist tersebut bukanlah Hijaz tempat lahirnya Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab, namun Nejd yang disebutkan adalah Iraq. Berikut ini penjelasannya
secara ringkas. Dari Ibnu Umar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam
bersabda :
اللهم
بارك
لنا
في
شامنا
اللهم
بارك
لنا
في
يمننا.
قالوا:
يا
رسول
الله!
وفي
نجدنا؟!
قال:
اللهم
بارك
لنا
في
شامنا
اللهم
بارك
لنا
في
يمننا.
قالوا:
يا
رسول
الله!
وفي
نجدنا؟!
–فأظنه
قال
في
الثالثة-
((هناك
الزلازل
والفتن,
وا
يطلع
قرن
الشيطان))
لفظ
البخاري
“Ya Alloh berkahilah Syam kami dan Yaman kami”.
Para sahabat berkata, “juga Nejd kami?” Rasulullah berkata, “Ya Alloh
berkahilah Syam kami dan Yaman kami”. Para sahabat berkata, “juga Nejd kami?”
–Saya (perawi) menduga beliau menyebutkan tiga kali kemudian Nabi bersabda, “Dari
sanalah (Nejd) keguncangan dan fitnah bermula, dan disana pula muncul dua
tanduk syaithan.” (HR Bukhari).
Nejd dalalm hadits ini diterangkan oleh hadits yang
diriwayatkan oleh Thobroni dalam al- Kabir (XII/383 no. 13422) dari Ismail bin
Mas’ud, mengabarkan Abdullah bin Abdullah bin ‘Aun dari ayahnya, dari Nafi’,
dan sanadnya jayyid, Rasulullah bersabda :
اللهم
بارك
لنا
في
شامنا
اللهم
بارك
لنا
في
يمننا,
فقالها
مرارا,
فلما
كان
في
الثالثة
أو
الابعة,
قالوا:
يا
رسول
الله!
وفي
عراقنا؟
((إنا
ا
الزلازل
والفتن,
وا
يطلع
قرن
الشيطان)).
“Ya Alloh berkahilah Syam kami dan Yaman kami”
beliau mengulangnya beberapa kali, ketika beliau mengucapkan yang ketiga atau
keempat kalinya, para sahabat berkata :
‘Wahai Rasulullah, dan juga Iraq kami?” Dari
sanalah keguncangan dan fitnah bermula, dan disana pula muncul tanduk
syaithan.”
Hadits di atas menjelaskan bahwa yang dimaksud
dengan Nejd pada hadits Bukhari adalah Iraq. Kami sebutkan lagi dalilnya.
Diriwayatkan dari Ibnu Umar, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam menghadap
ke arah timur kemudian bersabda :
ألا
إن
فتنة
هاهنا,
ألا
إن
فتنة
هاهنا
حيث
يطلع
قرن
الشيطان
(رواه
مسلم)
“Ketahuilah sesungguhnya fitnah berasal dari sini,
sesungguhnya fitnah berasal dari sini, disinilah muncul tanduk syaithan.” (HR
Muslim). Padahal telah diketahui bersama, bahwa ketika Nabi bersabda demikian,
beliau berada di Madinah, dan ketika itu beliau menghadap ke arah timur
sedangkan timur Madinah adalah Iraq, padahal Nejd Hijaz ada di selatan Madinah,
lantas bagaimana bisa mereka mengambil dalil bahwa Najd yang dimaksud adalah
Hijaz?
Hal ini juga diperkuat dengan munculnya fitnah di
Iraq seperti pembunuhan Husain, fitnah Ibnul Asy’ats, fitnah al-Mukhtar yang
mendakwakan diri sebagai Nabi dan fitnah-fitnah lainnya.
Bacalah perkara ini di dalam kitab al-Iraaq fi
Ahaaditsi wa Aatsari al-Fitan karya Syaikh Abu Ubaidah Masyhur bin Hasan Alu
Salman haf izhahullahu, beliau memaparkan seluruh hadits-hadits fitnah dan
menunjukkan jalan-jalan periwayatan hadits serta pemahaman ulama ahlil hadits
terhadap hadits fitan ini. Oleh karena itu apa yang didakwakan oleh Abu Riya’
al-Buali al-Kadzdzab ini adalah suatu kebodohan dan kedustaan. Na’udzubillah
min Jahalati Ahlil Bid’ah.
20 Lihat : Aqidatus Syaikh Muhammad bin Abdill
Wahhab wa atsaruhaa fil ‘Aalam al-Islaamiy (I/27) karya Syaikh DR. Sholih
al-‘Abud hafizhahullahu. Lihat pula pembahasan yang serupa di dalam Muhammad
bin Abdul Wahhab, Hayatuhu wa Fikruhu hal. 11 karya Syaikh Abdullah
al-‘Utsaimin.
21 Lihat : ad-Daulatu as-Su’udiyah al’Uula karya
sejarawan Syaikh Abdurrahim bin
Abdurrahim, hal. 393-393, sebagaimana di dalam
kitab Fushul min Siyasat is Syar’iyyah.
22 Lihat : asy-Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab fi
Mir`aati Syarq wal Ghorbi hal. 240.
23 Idem.
24 Lihat : Majalah al-Asholah, no. 31, tahun ke-6,
hal. 43.
25 Al-Mudzabdzab, salah seorang syabab Hizbut
Tahrir yang menulis celaan terhadap Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab juga
menukil dari tulisan Hampher ini sebagaimana dia terangkan dengan jelas. Hanya
saja dia tidak menjelaskan sumber penukilannya. Saya menduga bahwa dia menukil
dari website shufiyun berbahasa Inggris. Hal ini terbukti bahwa dia menulis
judul buku ini dengan “Confessions of A British Spy” yang mana si mudzabdzab
ini mengklaim bahwa buku ini menjelaskan secara mendetail tentang pendirian
Wahabi.
Padahal tidak diketahui naskah asli Hampher ini.
Naskah risalah Hampher yang telah dicetak berjudul I ’tiraafaat al-Jassuus
al-Injilizi. Cetakan terbarunya dicetak dan disebarkan secara cuma-cuma di
Maktabah al-Haqiqoh, Jl. Syafaqoh, Fatih 57, Instanbul, Turki, th. 1413 (1992)
yang berjumlah 103 halaman dengan tambahan ‘Adawatul Inkilizi lil Islaam (44
halaman) dan Khulashotul Kalaam (37 halaman). Hakikat Hampher dan tulisannya
akan
kami sibak sebentar lagi –insya Alloh-.
26 Allah Ta’ala ber firman :
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu
orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu t
idak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu” (Al-Hujurat : 6)
Syaikh Malik Husain berkata : “Pada ayat ini ada
pelajaran ilmiyah bagi kelompok orang-orang
mukmin, yang menjaga agamanya dan menjaga hubungan
persaudaran antar sesama muslim, dengan mencari kejelasan (tatsabut) terhadap
semua berita miring yang dilontarkan untuk memecah belah barisan kaum
muslimin.” (Lihat : op.cit). Kami katakan\ kepada Hizbut Tahrir, dimana
pengimplementasian aqidah al-Wala’ wal Bara’ anda?!!
Dimana letak tabayun ilmiah anda?! ! Dimana letak
kejujuran dan amanah anda?? Jika berita kaum kafir lebih anda sukai daripada
berita para perawi yang tsiqoh, ‘adil dan dlobit! Apakah begini ini manhaj
anda?! Aduhai, alangkah rusak dan binasanya!
27 Hampher ini orang yang tidak dikenal di dalam
sejarah. Tidak pernah ada satupun sejarawan baik muslim maupun orientalis yang
menyebut namanya. Tidak disebutkan hal ihwalnya sama sekali di buku-buku
sejarah Utsmaniyah yang mu’tabar seperti Roudhotul Afkar karya Ibnu Ghonam,
Unwanul Majid fi Tarikhin Nejd karya Utsman an-Najdi, Aja`ibil Atsar karya
al-Jabaroti, Al-Badruth Thooli’ karya Imam Muhammad Ali asy-Syaukani, Tarikh
Nejd karya Mahmud Syukri al-Alusi, Hadlir al-‘Alam al-Islami karya Syakib
Arselan dan selainnya dari sejarawan Muslim. Bahkan Hampher di buku sejarah
yang ditulis orinetalis pun juga tidak pernah disebut namanya, seperti ‘Travels
through Arabs”, “Notes the
Bedouins and the Wahabys” tulisan Bur k Hert, “A Br
ief Story of Wahhabys” tulisan Gifford Palgrave, “Imams and Sayeds of Oman”
tulisan Percy Beder, “Travels in Arab Desert” tulisan Doughty, “Notes on
Mohammadanism The Wahhaby” tulisan T.P. Huges dan lainlain.
Oleh karena itu kami tantang Hizbut Tahrir ataupun
selainnya untuk menunjukkan kepada kami buku sejarah Utsmani yang menyebutkan
Hampher.
28 Bagaimana bisa par tai yang mengklaim menegakkan
hukum Islam mengambil kesaksian
dari seorang kafir yang gemar melakukan kemaksiatan
yang kegemarannya minum khomr
dan berdusta, sebagaimana kesaksian Hampher sendiri
di dalam mudzakkarat-nya
halaman 14,15,18,19,27,28,44.
29 Lihat : Majalah Al-Asholah, no. 31, tahun ke-6,
hal. 45.
30 Inilah yang benar mengenai tahun lahirnya syaikh
sebagaimana disebutkan oleh Ibnu Ghonam dan Ibnu Bisyr yang hidup sezaman
dengan syaikh. Adapun yang ditulis oleh Zaini Dahlan (hidup 60 tahun lebih
setelah waftanya syaikh) bahwa syaikh dilahirkan tahun 1111 H dan dinukil oleh
al-Mudzabzab di dalam risalalahnya adalah kesalahan yang nyata.
Syakib Ar selan juga melakukan kesalahan tatkala
menyebutkan bahwa syaikh lahir tahun
1116 H. Yang lebih aneh lagi adalah yang disebutkan
oleh orientalis Huges dalam “Dictionary of Islam”, Wilfer Wilfred dalam “Pilgr
image to Najd” dan Zweimer dalam “The Cradle of Islam Arabia” ser ta selainnya
yang menyebutkan bahwa syaikh lahir tahun 1291 H. Lihat : Muhammad bin Abdul
Wahhab Mushlih Mazhlum wa Muftaraa ‘Alahi karya Syaikh
Mas’ud Nadwi al-Hindi.
31 op.cit.
32 Lihat : ad-Daulat al-Utsmaniyah, DR. Jamal Abdul
Hadi, hal. 94 sebagaimana di dalam ad-Daulah al-Utsmaniyah awamilin Nuhudl wa
Asbaabis Suquuth karya DR. Ali Muhammad ash-Sholabi. ( terj, Bangkit dan
Runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah)
33 idem: hal,. 95.
34 Lihat : Qiro’ah Jadidah fit Tarikh al-Utsmani,
hal. 183, sebagaimana di dalam ad-Daulah al-Utsmaniyah awamilin Nuhudl wa
Asbaabis Suquuth karya DR. Ali Muhammad ash-Sholabi. (terj, Bangkit dan
Runtuhnya Daulah Khilafah Utsmaniyah)
35 Idem, hal. 158.
36 Idem, hal. 156
37 Muhammad Ali Pasya adalah gubernur Mesir yang
sangat membenci dakwah Syaikh Muhammad bin Abdil Wahhab. Dia adalah antek-antek
kafir Inggris yang menelikung kesultanan Utsmani setelah kekuasaannya menyebar.
Dia adalah pendahulu Mustafa Kemal Pasya, seorang pengkhianat dan serigala
berbulu domba. Muhammad Ali adalah kaki tangan gerakan yahudi Freemasonry, yang
fikirannya teracuni oleh Napoleon ketika mereka ber temu. dan melakukan
hubungan baik. Muhammad Ali sangat mencintai budaya eropa dan membenci budaya
Islam, dimana ia merupakan peletak sekulerisme di negeri-negeri Islam. Sangat
banyak goresan pena para sejarawan yang menjelaskan kejahatan Muhammad Ali ini,
diantaranya adalah al-Jabaroti (dalam Aja’ibil Atsaar) yang hidup sezaman
dengannya. Muhammad Ali mengutus anaknnya Thussun untuk memerangi Dakwah
Wahabiyah namun gagal, dan anaknya Ibrahim yang berhasil mengalahkan pangeran
Abdullah dan membunuh beliau. Ini menunjukkan bahwa syabab Hizbut Tahrir bodoh
terhadap sejarah dan menunjukkan bagaimana mereka membenci dakwah tauhid yang
mubarokah ini. Allahul Musta’an.
38 Lihat : Dalil al-Khalij at-Tarikhi, J.J. Lurimer
(2/1009-1010).
39 Lihat : Huruub Muhammad Ali ‘ala asy-Syaam, DR.
Ayidl ar-Ruqi, hal. 112.
40 Lihat : Al-‘Alam al-Aroobi fit Tarikh al-Hadits
dan Aqidatus Syaikh Muhammad bin Abdil
Wahhab wa Atsaruha fil ‘Alam al-Islamiy karya Dr.
Sholih al-‘Abud.
41 Lihat : Pusaka Indonesia Riwajat Hidup
Orang-Orang Besar Tanah Air, Oleh : Tamar
Djaja, Cet. VI, 1965, Penerbit Bulan Bintang Djakar
ta, hal. 339-dst.
42 Lihat : Ad-Daulah al-Utsmaniyah Awamilin Nuhudl
wa Asbaabis Suquuth, karya DR. Ali
Muhammad ash-Sholabi (terj, Bangkit dan Runtuhnya
Daulah Khilafah Utsmaniyah), hal.652.
43 idem, hal. 655
44 Lihat : al-Inharafaat al-Aqodiyah wal Ilmiyyah
(I/181) sebagaimana dalam idem, hal. 662.
45 idem, hal. 664-671 dengan diringkas.
46 Lihat : al-Inhirafaat al-Aqodiyyah wal ‘I
lmiyyah yang memaparkan hal ini secara gamblang
sebagaimana dalam ibid, hal. 672-678 secara
ringkas.
47 Sebagaimana tampak nyata dalam tulisan Abu Riya’
al-Buali dan al-Mudabdzab yang
membela faham quburiyun, shufiyun dan khurofiyun
ini.
0 Response to "HIMPUNAN RISALAH PEMBELAAN SALAFIYYAH --"
Posting Komentar